Wonogiri — Seorang orang tua/wali calon murid warga Desa Sidokriyo Kecamatan Ngadirojo, Iwan Wahyu Dwi Anggoro (45) mengaku kecewa terhadap proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Dia menuding dalam proses PPDB di Wonogiri ada ketidakberesan. Hal itu ditengarai adanya sejumlah peserta yang sengaja menggunakan surat keterangan domisili (SKD) diduga akal-akalan.
“Begini ceritanya, waktu anak saya ikut PPDB. Kan untuk masuk ke SMA Negeri 1 Wonogiri. Kalau, sesuai dengan KK saya, alamat di Ngadirojo, sebenarnya masih masuk zonasi SMA N 1 Wonogiri, tapi lumayan jauh. Karena pertimbangan tersebut, saya memilih untuk memakai surat keterangan domisili (SKD) untuk mendaftarkan ke sekolah tersebut,” ungkap Iwan Wahyu Dwi Anggoro saat dikonfirmasi awak media, Senin (22/6).
Dia sendiri saat ini sudah berdomisili di Kelurahan Kaliancar Kecamatan Selogiri sejak 2017 silam. Berbekal SKD tersebut, kata Iwan, bulatlah tekadnya mendaftarkan putrinya di SMA favorit di Wonogiri itu.
Menurut dia, dengan jalur SKD adalah hal yang wajar sebab selama ini anaknya bersekolah di SMPN 1 Wonogiri dan dirinya berdomisili di Kaliancar.
“Itu kan masuk akal mendaftar pakai SKD. Harapannya, pakai ini lumayan lebih dekat kalau dihitung-hitung pakai zonasi. Tapi sepertinya tergeser karena SKD yang menurut saya mencurigakan,” bebernya.
Hal itu diketahui setelah dirinya memantau di situs/web PPDB. Pada situs/web PPDB itu muncul sejumlah nama calon murid yang SKDnya mencurigakan dan patut diduga akal-akalan. Dimana, asal sekolah dari calon murid tersebut terhitung jauh dari zonasi SMA tersebut.
“Tidak masuk akal kalau SMP-nya di Purwantoro atau Baturetno tapi yang domisilinya di Kelurahan Giripurwo selama satu tahun terakhir. Kalau memang domisilinya di Giripurwo kok tidak pakai Kartu Keluarga daftarnya, tapi malah pakai SKD. Okelah, kalau ikut orang tuanya pindah tugas kenapa tidak pakai jalur perpindahan orang tua?,” keluhnya.
Dikatakan, praktek-praktek tersebut dinilai dapat mempersempit potensi anak-anak yang sebenarnya bisa masuk zonasi di sekolah pilihan. Iwan juga mengaku kecewa dan menyayangkan hal itu. Dia lantas mendaftarkan anaknya lewat jalur prestasi.
“Semoga saja ada perhatian dan tindakan dari pemangku kebijakan,” tandasnya.
Editor : Wahyu Wibowo