Wonogiri — Renovasi Makam Joyo Panambang (Mbah Jonambang) di Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno, Wonogiri menimbulkan kontroversi di masyarakat. Akibat pembangunan itu, ada sejumlah makam yang hilang, bahkan batu nisan Joyo Panambang dipasang terbalik.
“Baru tahu waktu gowes kemarin pagi. Kok berubah total, kaget lihatnya. Soale, semenjak pandemi kami jarang keliling kampung-kampung. Nah, pas gowes kemarin kita sengaja ngambil rute yang finishnya di Jonambang,” ungkap anggota komunitas gowes B2B asal Baturetno, Brino Gunanta saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (9/7).
Sebagai salah satu pemuda yang turut andil membesarkan nama wisata kawasn Makam Mbah Jonambang, Brino mengaku sangat prihatin. Dia melihat, oknum yang merenovasi makam itu sengaja menghilangkan situs budaya. Sebab, bentukan Makam Mbah Jonambang selepas dipugar justru tidak dikenali lagi.
“Setelah terkenal dibangun, justru sekarang sudah tidak bisa dikenali lagi,” kata dia.
Menurut dia, perubahan bentukan Makam Mbah Jonambang hilang setelah dilakukan pembangunan oleh oknum yang katanya mengaku-ngaku merupakan trah keturunan Joyo Panambang tersebut. Namun secara rinci ia tidak mengetahui siap dan darimna asal usul oknum itu.
“Kemarin kita naik ke sana, saking penasarannya. Saya lihat sekeliling, kok ada yang janggal. Setelah saya amati, ternyata ada tiga makam kecil yang hilang entah kemana. Sebelum dibangun, ketiga makam kecil yang terbuat dari batuan andesit itu ada tak jauh dari Makam Mbah Jonambang,” bebernya.
Berbeda dengan di tahun-tahun sebelumnya, area Makam Mbah Jonambang merupakan salah satu ikon wisata selfie di Kecamatan Baturetno. Tempat berburu sunset dan sunrise kaum Ambyar. Dimana, dari puncak bukit yang sejak 2015 silam dikelola pemuda Karang Taruna Desa Watuagung, mata pengunjung dapat memandang indahnya kota Kecamatan Baturetno dengan latar belakang area genangan Waduk Gajah Mungkur.
Dikatakan, Makam Mbah Jonambang sejatinya sebelum direnovasi berada di sebuah bukit dengan tiga makam kecil di sekelilingnya membujur ke utara. Kini, lokasi makam itu sudah berubah menjadi sebuah bangunan menjulang dikelilingi pagar tembok batu bata. Lalu di tengah pelataran bangunan itu berdiri Makam Mbah Jonambang.
Parahnya lagi, kata Brino, batu Makam Mbah Jonambang disusun dengan posisi terbalik alias tidak sesuai aslinya.
“Jadi, batu kijingnya dipasang terbalik. Bahkan, di salah satu batu makam itu ada semacam grafir tapak kaki dan seperti matahari. Padahal dulunya tidak ada grafir semacam begitu,” kata dia.
Bahkan sepintas area Makam Mbah Jonambang saat ini, imbuh dia, terkesan ada unsur klenik perdukunan. Dengan bentuk bangunan serta adanya simbol yang terpahat di batu makam dikhawatirkan menimbulkan persepsi adanya sebuah aliran yang percaya dan mengeramatkan sebuah simbol peradaban.
“Kami khawatir, tempat itu nanti berubah fungsi. Lalu masyarakat mengultuskan sebuah makam, yang ujung-ujungnya syirik,” tandasnya.
Editor : Marhaendra Wijanarko