Karanganyar- Kemunculan bulan baru gagal diamati dari bukit Candi Sukuh Desa Berjo Ngargoyoso, Selasa sore (21/7). Metode Rukyatul Hilal yang dilaksanakan Kemenag Jateng ini terhalang awan yang menutupi cakrawala.
“Kita sebenarnya optimistis bisa melihat dan mengamati hilal. Namun tertutup awan. Harus terus dicoba. Banyak para pengamat hilal belum kesempatan melihatnya, tapi kita tidak boleh menyerah. Lokasi Candi Sukuh ideal sekali,” kata Kepala Kemenag Kantor Wilayah Jawa Tengah, Mustain Ahmad kepada wartawan.
Ia mengatakan hilal memiliki karakteristik yang membuka kesempatan para astronom menelitinya. Meski pengamatan di Candi Sukuh gagal melihat kemunculan bulan baru, bukan berarti lokasi itu kurang strategis. Bukit di Desa Berjo yang terletak di lereng Gunung Lawu itu sangat cocok dipakai mengamati benda-benda langit seperti Mars, Jupiter, gerhana bulan dan sebagainya.
Berada di ketinggian 1.190 meter di atas permukaan laut (mpdl) dan tanpa penghalang. Dari posisi pengamatan, lokasi ini strategis meneropong kemunculan bulan baru yakni di saat matahari terbenam pada 7 derajat 37’ 4” LS dan 111 derajat 07’ 46” BT.
Menurutnya, masyarakat Kabupaten Karanganyar patut berbangga karena Candi Sukuh yang identik dengan tempat suci agama Hindu, dirujuk menjadi pusat kegiatan rukyatul hilal di Jawa Tengah.
“Baru ini pelaksanaan rukyat di Jateng di area candi. Ini makna riil moderasi yang kita kampanyekan,” katanya.
Hadir sejumlah pakar kegiatan itu seperti dosen ilmu falak Universitas Muhammadiyah Surakarta Ruswa Darsono. Selain di Candi Sukuh, Kemenag Jawa Tengah melaksanakan Rukyat Hilal awal Dzulhijjah 1441 H di Observatorium Assalaam Sukoharjo, lab Ilmu Falak MAN 1 Surakarta, menara al-Husna Masjid Agung Jateng, Pedalen Kebumen Jateng dan Al-Buruj Pedawang Bae Kudus.
“Semua bersamaan hari ini. Hasilnya kita laporkan ke sidang isbat di kementrian agama pusat,” katanya.
Editor : Ari Kristyono