Timlo.net – Kasus fetishisme erotis atau dugaan seseorang dengan orientasi seksual menyimpang di Jawa Timur menggemparkan jagat media sosial Twitter sejak Rabu (29/7) malam. Jajaran Polda Jatim berupaya menguak misteri kasus tersebut dengan menurunkan tim dari Subdit Siber Ditreskrimsus dan Jatanras Ditreskrimum. Kasus ini melibatkan seorang mahasiswa berinisial G dari salah satu perguruan tinggi di Surabaya.
Dikutip dari laman tribratanewspoldajatim.com, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, tim Siber dam Jatanras bergerak cepat karena viralnya unggahan dugaan seks fetish itu menimbulkan keresahan di masyarakat. Apalagi, ada dugaan pelecehan seksual.
“Banyak membuat keresahan para netizen dengan pengunggahan konten-konten meminta dan menyuruh serta melakukan beberapa perilaku pelecehan, berdasarkan konten-konten yang disampaikan para netizen,” kata Trunoyudo, Jumat (31/7).
Sejauh ini, lanjutnya, Polda Jatim belum menerima laporan dari para korban. Meski demikian, pendalaman tetap dilakukan. Dan diharapkan pihak yang merasa menjadi korban segera melaporkan diri untuk mempermudah proses penyelidikan.
“Penyelidikan ini sebagai bentuk memberikan kepastian hukum dan membuat masyarakat aman dan terlindungi,” ujarnya.
Di sisi lain, pihak kampus menggelar sidang etik terkait kasus itu karena berkepentingan untuk menyelidiki terhadap pengunggah menyebut nama Gilang dan disebut sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unair angkatan 2015.
Otoritas Universitas itu menyampaikan bahwa kampus terkemuka di Jawa Timur itu tidak membuat riset terkait seks fetish.
“Kalau nanti diverifikasi ternyata benar, pasti ada tindakan tegas, maksimal tindakan pecat. Tapi kami masih melacak dan memverifikasi info itu,” kata Juru Bicara Universitas Airlangga, Suko Widodo, Kamis (30/7).
Kehebohan ini berawal dari unggahan seorang pria di Twitter bernama Mufis dengan akun @m_fikris. Dia memulai serangkaian twit-nya dengan kalimat pembuka “Predator ‘Fetish Kain Jarik’ Berkedok Riset Akdemik dari Mahasiswa PTN di SBY – A Thread.”
Mufis mengklaim cerita yang dibeberkan merupakan pengalaman pribadinya. Berawal dari pesan masuk di akun Instagram-nya dari seorang lelaki bernama Gilang, yang mengaku mahasiswa Universitas Airlangga, angkatan tahun 2015.
Si Gilang, katanya, mula-mula menanyakan nomor kontaknya yang terhubung dengan aplikasi percakapan WhatsApp. Dia sempat mempertanyakan keperluan nomor kontak itu, dan Gilang menjawabnya untuk kepentingan riset proyek penulisannya.
Komunikasi mereka akhirnya beralih ke WhatsApp, dan Gilang menjelaskan secara ringkas bahwa dia sedang melakukan riset tentang bungkus-membungkus. Mufis sempat meminta penjelasan tentang riset itu tetapi Gilang mengalihkan perhatiannya.
Sumber: tribratanews
Editor : Wahyu Wibowo