Timlo.net–Pada 31 Juli, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump berkata dia akan memblokir TikTok sehingga tidak bisa beroperasi di AS. Saat itu, diberitakan jika Donald menolak rencana Microsoft mengakuisisi TikTok. Tapi, Microsoft bernegosiasi dengan induk perusahaan TikTok, ByteDance pada Minggu (2/8) terkait akuisisi TikTok di AS. Perusahaan itu mengungkap jika mereka berencana menyelesaikan diskusi mereka dengan ByteDance pada 15 September 2020.
CEO Microsoft Satya Nadella sudah berbicara tentang akuisisi TikTok dengan Donald. Selain di AS, perusahaan itu berencana mengakuisisi TikTok di wilayah lain seperti Kanada, Australia dan Selandia Baru. “Model operasi untuk layanan itu akan dibangun untuk memastikan transparansi untuk para pengguna juga keamanan yang layak diawasi oleh pemerintah negara-negara yang bersangkutan,” ujar Microsoft. Platform yang dimiliki TikTok akan ditenagai oleh keamanan, privasi, dan perlindungan keamanan digital kelas atas milik Microsoft.
Donald dikabarkan setuju menyediakan ByteDance 45 hari untuk membahas penjualan TikTok kepada Microsoft. Perusahaan itu berencana menyimpan data para pengguna di AS secara lokal. Setelah migrasi data sukses dilakukan, mereka akan menghapus data yang tersimpan di tempat-tempat lain, tulis Gizmo China, Senin (3/8).
Pemberitaan sebelumnya mengungkapkan jika Microsoft awalnya fokus untuk mengakuisisi bisnis kecil milik TikTok di AS. Tapi, sekarang diberitakan jika Microsoft berencana membeli seluruh perusahaan.
Baik Microsoft dan ByteDance belum mengungkap syarat-syarat kesepakatan akuisisi. Analis Wedbush Securities Daniel Ives percaya jika nilai TikTok bisa turun signifikan jika berhenti beroperasi di AS. Dia mengklaim jika valuasi aplikasi TikTok bernilai sekitar $50 miliar.
Ada kemungkinan hubungan antara Microsoft dan Facebook menjadi rumit nantinya karena Facebook menganggap ByteDance sebagai saingan. Microsoft sudah bekerja sama dengan Facebook sejak 2017. Saat itu, perusahaan tersebut berinvestasi sekitar $240 juta untuk media sosial itu.