Wonogiri – Potensi daerah terdampak kekeringan di Wonogiri selatan tahun ini diprediksi mengalami penurunan. Meski begitu, penanggulangan bencana kekeringan yang dilakukan pemerintah tidak bisa dilihat dari jumlah kasus yang naik.
“Semisal di sini, masalah kekeringan selesai, tapi di daerah lain muncul potensi terdampak kekeringan. Jadi, setiap wilayah berbeba-beda, juga dengan ketersediaan airnya,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, Jumat (7/8).
Menurut dia, dalam penanganan persoalan tahunan tersebut, pemerintah tidak hanya fokus terhadap satu daerah yang mengalami kekeringan. Tapi juga di daerah lain.
“Kami juga berusaha membekali masyarakat agar memiliki jiwa tangguh bencana. Karena apa, mereka tinggal di daerah yang memiliki potensi bencana,” tuturnya.
Berdasar data, kata Bambang Haryanto, pada 2018 ada 31 desa di tujuh kecamatan yang terdampak kekeringan. Jumlah KK yang terdampak sebanyak 13.712 keluarga dengan 47.944 jiwa.
Sedangkan pada 2019, terdapat 30 desa di delapan kecamatan yang terdampak kekeringan. Jumlah KK terdampak sebanyak 8.214 keluarga dengn 27.253 jiwa.
Adapun kecamatan yang menjadi langganan kekeringan di Wonogiri diantaranya Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Eromoko, Manyaran, Selogiri dan Nguntoronadi.
“Sebagai cadangan air saat musim kemarau di Wonogiri juga dibangun embung. Tapi, saat ini sekitar 30 persen yang ada sudah mengering,” katanya.
Sementara itu, jumlah total embung yang ada di Wonogiri saat ini sebanyak 79 embung. Sejak 2016 hingga 2019 embung yang dibangun sebanyak 12 embung.
Embung tersebut sebagian besar dibangun di Wonogiri bagian selatan, seperti Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, dan Giritontro.
Editor : Dhefi Nugroho