Timlo.net--Salah satu alasan pemerintah Amerika Serikat (AS) ingin memblokir aplikasi TikTok adalah karena aplikasi itu dituduh mengumpulkan data pengguna di AS. Hal ini dianggap beresiko terhadap keamanan nasional di negara itu. TikTok membantah hal ini dan menyatakan jika mereka tidak pernah mengumpulkan data para pengguna. Tapi bantahan aplikasi itu sepertinya bisa diperdebatkan.
Menurut pemberitaan The Wall Street Journal, sepertinya pada akhir 2019, TikTok sebenarnya mengumpulkan data para pengguna Android terutama alamat MAC mereka. Tidak seperti cookie yang bisa dengan mudah dihapus, alamat MAC adalah pengenal unik yang digunakan khususnya dalam iklan digital untuk mengenali perangkat.
Rupanya aplikasi itu memanfaatkan cacat keamanan Android yang sudah lama diketahui. Hal ini diungkap oleh pendiri AppCensus, Joel Reardon, yang mendokumentasikan cacat itu. Dia terkejut karena cacat itu masih bisa dimanfaatkan dan belum ditutup oleh Google, tulis Ubergizmo, Kamis (13/8). Menurut laporan, TikTok sudah mengumpulkan alamat MAC para pengguna selama kurang lebih 15 bulan.
Google mengungkap jika mereka menyelidiki temuan Joel. Sedangkan juru bicara TikTok mengaku jika aplikasi itu sekarang sudah diupdate dan tidak lagi mengumpulkan alamat MAC para pengguna. Pertanyaannya bagaimana nasib alamat MAC yang sudah dikumpulkan selama 15 bulan itu?