Timlo.net – Presiden Joko Widodo mendorong pemanfaatan teknologi dalam mengembangkan Food Estate. Sehingga, produksi mampu dilakukan secara masif untuk pasar internasional. Food Estate merupakan pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan dan peternakan.
“Food Estate menggunakan teknologi modern dan pemanfaatan kecanggihan digital. Bukan hanya untuk pasar domestik, tetapi juga untuk pasar internasional,” ujar Presiden pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD, Jumat (14/8).
Penggunaan teknologi yang modern, tentunya sangat berpengaruh terhadap kuantitas produksi yang akan dihasilkan oleh program tersebut. Bantuan teknologi disinyalir akan dapat mendorong produksi dari Food Estate mencapai berkali-kali lipat dibandingkan dengan cara konvesional.
“Bukan lagi menggunakan cara-cara manual, tetapi menggunakan teknologi modern,” imbuhnya.
Menurut dia, Food Estate sebagai upaya dalam mendorong ketahanan pangan harus diperkuat secara besar-besaran. Mengingat, sektor pertanian memiliki peluang yang besar dalam mendorong perekonomian Indonesia di tengah tekanan dampak negatif Covid-19.
“Ketahanan pangan, dengan menjamin kelancaran rantai pasokan makanan dari hulu produksi sampai hilir distribusi, ke seluruh wilayah negeri. Efisiensi produksi pangan, peningkatan nilai tambah bagi petani, penguatan koperasi, dan metode korporasi petani akan terus ditingkatkan,” katanya.
Saat ini, pemerintah telah membuka dua Food Estate yakni di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Sumatera Utara (Sumut). Dengan target produksi yang akan dilakukan secara masif, maka harus melibatkan unsur pemangku kepentingan yang lain agar konsep tersebut dapat berjalan dengan sukses.
“Program ini merupakan sinergi antara pemerintah, pelaku swasta, dan masyarakat sebagai pemilik lahan maupun sebagai tenaga kerja,” katanya.
Editor : Dhefi Nugroho