Solo — Perhelatan pilkada serentak 270 daerah kabupaten/kota dan provinsi tinggal empat bulan lagi tepatnya tanggal 9 Desember mendatang. Suhu politik pun mulai memanas setelah bakal calon kepala daerah mulai menyusun strategi mencari simpati masyarakat untuk mendulang suara.
Persoalan yang perlu diwaspadai mahasiswa dalam pilkada serentak tahun ini adalah menguatnya sentimen parsial yang dibingkai dalam politik identitas. Hal itu diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Pergerakan BEM UNS, Wahid Mu’tasim Billah dalam diskusi virtual melalui platform Zoom Meeting dengan tema “Kontribusi Mahasiswa dalam Mengawal Pilkada 2020 Berintegritas dan Damai” pada Sabtu (15/8) malam.
Diskusi tersebit diikuti oleh seratusan peserta di eks Karesidenan Surakarta. Peserta diskusi diantaranya dari mahasiswa, pemuda, OKP, dan aktivis kampus. Pelaksana sana kegiatan ini dari BEM UNS bekerjasama dengan Himpunan Aktivis Milenial Indonesia (HAM-I).
Pembicara dalam diskusi, yakni Dosen Hukum Tata Negara UIN Yogyakarta Gugun Elguyanie dan Pakar Demokrasi dan Pemilu; Kepala Pudemtanas LPPM UNS Sunny Umul Firdaus.
“Politik identitas selalu mewartakan narasi-narasi yang bersinggungan dengan masalah SARA (suku, agama, ras, dan antar-golongan) dalam ruang politik. Itu harus diwaspadahi mahasiswa,” ujar Wahid.
Dikatakannya, narasi politik identitas bahaya bukan hanya karena menumpulkan rasionalisasi pemilih, tetapi juga akan makin meretakkan keakraban warga negara hanya demi meraih kekuasaan. Mahasiswa dan pemuda sebagai entitas masyarakat Indonesia wajib mengambil peran dalam setiap ajang pilkada lima tahunan ini.
“Kami ingatkan mahasiswa sebagai agent of change perlu untuk mengisi pos pos kepemimpinan agar bisa memberikan dampak langsung bagi masyarakat,” kata dia.
Ia berharap mahasiswa, pemuda dan milenial yang notabene dekat dengan tren kekinian, harus menjungjung tinggi integritas dan kedamaian. Selain itu, menghindari potensi menyulut api ke Bhinekaan yang telah lama terbangun.
“Pilkada 2020 mesti menjadi ajang seleksi kepemimpinan, tetapi tetap melalui cara yang santun,” tandas dia.
Editor : Wahyu Wibowo