Boyolali — Dalam rangka mencegah stunting di Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (FIK UMS) melakukan pembinaan kepada para petugas Posyandu di desa tersebut.
“Kegiatan pengabdian masyarakat program PKM ini bertujuan membantu dan membina Posyandu Balita agar dapat memberikan pelayanan kesehatan anak, mencegah dan mengatasi stunting,” ungkap Ketua Tim FIK UMS, Irdawati SKep Ns MSi Med kepada wartawan, di Boyolali, Kamis (19/8).
Stunting, kata Irdawati, merupakan kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar. Desa Jrakah dipilih karena menurut Irda, angka stunting-nya tinggi.
Berdasarkan data yang didapat, lanjut Irdawati, jumlah penderita stunting di Boyolali dalam satu tahun terakhir bisa dikatakan cukup tinggi. Di wilayah kerja Puskesmas Selo, terdapat 163 anak stunting yang tersebar di 10 kelurahan/desa.
Kasus tertinggi anak penderita stunting di wilayah kerja Puskemas Selo yaitu Desa Klakah, dengan presentase 23,92% penderita atau sekitar 39 anak, disusul Desa Jrakah dengan presentase 19,63% atau sekitar 32 anak, Desa lain seperti Lencoh 14,11%, Senden 12,26%, Tlogolele 9,81%, Selo 7,36%, Samiran 6,74, Suroteleng 3,06, Tarubatang 3,06, dan Jeruk 0%.
Irdawati tidak sendirian. Ia ditemani oleh Abi Muhlisin SKM MKes, Muwakhidah SKM MKes, Dewi Susilaningsih SKep, Afifah Ayu syaiful SKep, Arina Arantika SKep Ns, Adella Ayu Ambarwati SKep Ns, dan Zulaichoh SKep.
Di sana mereka sharing Overview Stunting dan Dampaknya terhadap Kesehatan Masyarakat. Kemudian, di sesi selanjutnya sharing tentang Nutrisi untuk Pencegahan Stunting dan sesi terakhir mengajari bagaimana tindakan Pencegahan dan Cara Deteksi Secara Dini.
“Kami juga mengajari cara membaca grafik dan menganalisa berdasarkan alat peraga yang telah kami buat. Sehingga tujuan utama dari pengabdian masyarakat yang dilakukan ialah para petugas di Posyandu tersebut bisa mendeteksi stunting lebih dini sehingga bisa dilakukan pencegahan,” ujarnya.
Total petugas Posyandu yang ikut sebanyak 16 orang. “Ini masih tahap awal dan September 2020 mendatang mereka akan kami ajari cara pelaporannya sehingga data-data riil langsung dari desa tersebut bisa diketahui. Dalam menjalankan program ini kami bekerjasama dengan Ristekdikti dan pendanaannya pun kami peroleh dari sana,” tutup Irdawati.
Editor : Marhaendra Wijanarko