Solo – Ekonom Universitas Sebelas Maret Lukman Hakim, PhD menyatakan, bila bulan Oktober 2020 nanti pertumbuhan perekonomian Indonesia minus lagi berarti terjadi resesi.
“Artinya, apabila Badan Pusat Statistik pada bulan Oktober 2020 nanti mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia minus lagi, artinya resesi,” ungkap Lukman kepada Timlo.net melalui telpon seluler di Solo, Sabtu (12/9).
Apakah kemudian Indonesia akan masuk ke krisis ekonomi? Lukman mengatakan, per definisi jika kondisi perekonomian, tidak saja hanya pertumbuhan yang buruk, tetapi juga inflasi meningkat pesat karena barang kebutuhan pokok menjadi langka, nilai tukar melemah drastis, dan pemerintah kebingungan tidak bisa berbuat apa-apa. “Inilah krisis ekonomi seperti yang pernah terjadi pada tahun 1997/199,” ujar ekonomi UNS.
Berbagai prediksi pemerintah dan para pakar minus, menurut Lukman, tetapi harapannya tidak lebih buruk dari kuartal yang lalu minus sekitar 5,2%. “Artinya mungkin memang resesi, tetapi tidak terlalu parah,” ujarnya.
Lukman mengemukakan, kemarin kuartal dua inflasi hanya 0,32% jadi relatif rendah aman dan terkendali. “Kuncinya jika pemerintah tetap hadir dan menjamin bahwa kebutuhan pokok masyarakat selalu tersedia, kekhawatiran krisis ekonomi tidak akan terjadi,” ujarnya.
Lebih lanjut Ekonom UNS mengemukakan, saat ini yang terjadi memang daya beli masyarakat turun. Sehingga permintaan menjadi rendah, sementara pasokan cukup, sehingga yang terjadi harga pasar tidak naik-naik. Tapi kalau selama dua bulan ini terjadi permintaan agregat konsumsi yang tinggi maka minusnya pertumbuhan bisa mengecil.
“Maka strategi pemerintah untuk menaikkan konsumsi masyarakat, salah satunya dengan jalan memberikan bantuan untuk kelompok pekerja yang punya gaji di bawah 5 juta dalam rangka ini,” ujar Lukman.
Editor : Ari Kristyono