Solo — Bendungan Tirtonadi Solo yang dulu kumuh kotor, tetapi beberapa bulan ini telah direnovasi, dibersihkan sehingga menjadi nyaman dan indah. Bahkan hampir setiap hari Minggu pagi dan tiap sore banyak dikunjungi orang, tidak saja untuk berekreasi keluarga, berfoto-foto bahkan olah raga berjalan kaki di sepanjang pinggir sungai.
Bahkan, salah seorang dosen Fakultas Keolahragaan (FKOR) Universitas Sebelas Maret (UNS), Sarjoko, memanfaatkan situasi yang nyaman dan bersih dengan olahraga dayung.
“Beberapa minggu saya memanfaatkan dengan olahraga dayung, yakni memakai alat olah raga Kayak. Ternyata bisa dan mengasyikkan,” ujar Sarjoko saat ditemui di pinggir Kali Pepe, Solo, Minggu (20/9).
Dikatakan, lingkungan seputar bendungan Tirtonadi punya view yang luas, datarannya terasa lebih tinggi, sedang kawasan bendungan juga luas, sungainya pun cukup tertata rapi lebar dan jarak panjangnyapun lumayan panjang yang lurus sekitar 500an meter. Sehingga sangat cocok untuk bermain perahu dayung.
“Airnya yang relatif tenang kecepatan arus yang kecil dan merata, meskipun masih terasa ada arus di bawah permukaan air, sehingga kadang arah kayak sering bergeser,” jelas Sarjoko.
Menurutnya, cukup nyaman untuk olah raga dayung yang tidak usah jauh-jauh mencari tempat lain.
“Kebetulan ada di dalam kota dan berdekatan dengan tempat tinggal saya,” ujarnya.
Lebih lanjut Sarjoko mengaku memang baru dirinya yang memanfaatkan bendungan Tirtonadi untuk olahraga dayung. Tidak tahu sudah ada yang memanfaatkan atau belum untuk olahraga dayung.
“Hanya selama ini saya belum pernah melihat orang mendayung perahu di sini maka saya memanfaatkan bendungan Tirtonadi untuk menyalurkan kegemaran saya mendayung,” jelasnya.
Selama ini, Sarjoko yang terkenal penggowes kota Solo mengaku sudah pernah beberapa kali mendayung misal di Bengawan Solo, waduk Gajah Mungkur Wonogiri, waduk Cengklik Boyolali.
“Terakhir di danau buatan di UNS Solo pas lomba Kayak saat dies UNS dua kali mengikuti lomba di danau UNS,” katanya.
Editor : Wahyu Wibowo