Wonogiri – Seorang petugas pemakaman jenazah covid-19 asal Wonogiri, Wiyanto (45), menceritakan pengalamannya. Warga Dusun Bulusari, Desa Bulusur Kecamatan Wonogiri Kota ini bercerita sudah puluhan kali memakamkan jenazah penderita covid-19.
“Dulu kan ikut pelatihan dari Dinkes dan juga RSUD. Latihannya di rumah sakit, di ruang jenazah bersama dengan TNI/Polri, SAR, PMI juga,” ungkap Wiyanto kepada wartawan, Rabu (7/10).
Selain bertugas memakamkan pasien covid-19, Wiyanto selama ini bekerja sebagai petugas BPBD Wonogiri. Di masa pandemi ini kata Wiyanto sudah melakukan pemakaman pasien covid-19 sebanyak 20 orang.
“Waktu habis pelatihan, kita belum terjun langsung ke lapangan. Karena waktu itu belum ada pasien covid-19 yang meninggal dunia. Pertama kali itu, mengubur jenazah pasien covid-19 di Kecamatan Baturetno,” ujarnya.
Dia mengaku, kali pertama menguburkan jenazah dengan Prokes ada perasaan takut. Namun, rasa itu kini hilang lantaran sudah tugas rutinnya. Selain itu, yang ada yang membuat dirinya percaya diri. Dalam bekerja dirinya telah dilengkapi dengan APD lengkap. Mulai dari baju hazmat, kacamata goggle, hingga sarung tangan dan sepatu boots. Masker N95 dilapisi dengan masker medis.
Lebih lanjut Wiyanto mengatakan, dalam melakukan tugasnya dia ditemani delapan orang rekannya. Enam orang bertugas mengusung tandu peti jenazah lalu dua orang lainya bertugas menyemprot disifektan di sekitar liang lahat. Selain itu, dua petugas itu juga bertugas untuk menggantikan petugas yang memikul tandu peti mayat ketika ada yang kelelahan.
Wiyanto menceritakan, selama melakukan pemakaman pasien covid-19 ada pengalaman yang sampai saat ini membekas di benaknya. Kejadian itu dialami timnya saat pemakaman jenazah di Kecamatan Girimarto. Waktu itu malam hari. Liang lahat yang telah dibuat warga setempat ternyata tak muat diisi peti mati jenazah pasien.
“Akhirnya kita gali lagi dengan cangkul, kita perlebar lagi. Tahu sendiri kita pakai APD lengkap, jadi untuk nafas ngos-ngosan, kita nggak berani melepas masker. Waktu itu, sampai subuh baru sampai markas BPBD,” kata dia.
Ditambahkan, sebagai petugas terlatih usai menjalankan tugasnya ia bersama timnya melakukan seterilisasi. Biasanya, mereka mandi dekat area pemakaman seperti musala atau masjid lalu berganti pakaian. Sampai di rumah mereka lalu mandi lagi, bahkan baju yang ia kenakan dicuci sendiri.
Menurut dia, tugas yang diembannya sebagai pejuang garda belakang ini sudah mendapat restu dari istri dan keluarga.
“Rekor kami, sehari memakamkan empat pasien covid-19. Lokasinya pun tersebar. Sebenarnya waktu itu ada lima pasien yang meninggal, tapi karena tim sudah kelelahan akhirnya satu jenazah dimakamkan oleh tim Jogo Tonggo,” tandasnya.
Editor : Dhefi Nugroho