Wonogiri — Sebuah kedai kecil di bilangan Wonogiri Kota ini menyajikan pizza khas Italia. Uniknya, sang master chef (koki) pizza ini adalah pria asal Venezuela, Amerika Selatan, berdarah campuran Brazil dan Lebanon yang menikah dengan putri asli Wonogiri.
“Usaha ini belum lama. Berdiri sebulan sebelum pandemi. Atau tepatnya Februari 2020,” ungkap pemilik Kedai Venez Pizzeria Adolfo Jose Parra Akusta (48) didampingi istrinya, Trisanti (32), saat dijumpai wartawan di rumahnya, Joho Lor RT 1/RW5, Giriwono, Wonogiri, Kamis (8/10).
Kedai tersebut berlokasi di Jl Tentara Pelajar No 2 Giriwono, Wonogiri Kota, tepatnya dari simpang empat Giriwono ke arah selatan 10 meter. Kedai berlokasi di barat jalan.
Selain pizza, di kedai itu juga menjual pasta, burger, hotdog, sandwich dan aneka minuman dan es krim. Semua menu yang disajikan, baik makanan maupun minuman, diolah dengan khas Italia. Namun cita rasa yang disajikan khas Indonesia. Soal harga, menurut dia sangat terjangkau.
“Dia (Jose Parra) belum mahir Bahasa Indonesia, tapi menguasi empat bahasa,” kata Trisanti.
Meski belum bisa berhasa Indonesi, kata Trisanti,Jose orangnya mudah bergaul dan bersahabat. Dia menceritakan, usaha kuliner itu merupakan ide mereka sepakati berdua. Selain itu, Jose sendiri memiliki pengalaman dibidang kuliner lantaran pernah bekerja disebuah kapal pesiar sebagai chef (koki atu juru masak) dan bahkan pernah bekerja sebagai koki disebuah restoran Italia di Venezuela.
Trisanti menceritakan awal mula mereka bertemu hingga naik ke pelaminan. Awalnya, kata Trisanti, mereka bertemu saat bekerja di sebuah perusahaan kapal pesiar Disney Cruise Line Amerika Serikat. Meski satu perusahaan namun beda kapal. Lalu di 2017, mereka mulai bekerja di satu kapal.
Lebih lanjut Trisanti menuturkan, di 2018, keduanya melanjutkan hubungan mereka ke pelaminan. Mereka menikah di Amerika. Lalu, di November 2019 keduanya memutuskan berhenti bekerja di kapal pesiar dan pulang kampung atau mudik ke Indonesia. Kemudian di Desember 2019, perkawinan mereka dilegalformalkan dengan hukum Indonesia.
Selama tinggal di Indonesia, Jose mengaku betah dan enjoy. Bahkan dia sudah dapat menyukai masakan asli Indonesia, seperti pecel, gado-gado dan mie ayam.
“Ini kan kebetulan rumah orang tua saya. Dia kokinya, saya membantu menyiapkan aneka topingnya,” tuturnya.
Dia menuturkan, banyak penggemar pizza buatan Jose ini ketagihan dan selalu kembali memesan. Selain itu, banyak masyarakat yang kagum ketika Jose bekerja. Banyak pelanggannya menyebut setiap proses pembuatan pizza, Jose menampilkan sebuah atraksi.
“Itu adonan pizza kan diputar-putar di atas kepala dengan jari. Mereka pikir itu atraksi, padahal itu bukan. Itu dilakukan agar ukuran adonan sesuai lebar loyangnya. Tapi ndak apa-apa biar mereka tertarik,” bebernya.

Pelanggannya, imbuh Trisanti, dari berbagai kalangan. Selain datang langsung, pelanggannya banyak yang memanfaatkan aplikasi online atau layanan antar jemput (gofood dan grabfood). Ia menyatakan, setiap konsumen yang memesan langsung dilayani, paling lama 20 menit menu pesanan sudah siap santap. Menu paling laris dan banyak pelanggan yang memesan yakni american pizza, three cheeses pizza dan italian pizaa.
Dia mengaku selama bisnis itu berdiri, respon masyarakat Wonogiri cukup bagus. Awalnya ia menyatakan sempat pesimis dengan menu yang menurut dia ala kebarat-baratan. Namun hal itu justru berbanding terbalik, ternyata kuliner garapan suaminya ketika dicek di laman Medsos banyak acung jempol dan mereview.
“Sebelum pandemi omzet kedai ini sekitar Rp 10 juta – Rp 12 juta perbulan. Tapi, ketika pandemi boom jadi Rp 3 juta – Rp 4 juta perbulan. Tapi, alhamdulilah sejak ada new normal omzet kembali merangkak,” tandasnya.
Editor : Marhaendra Wijanarko