Timlo.net– Facebook menghapus sebuah grup yang disebut Stop the Steal, sehari setelah grup itu diciptakan. Penghapusan ini dikarenakan postingan grup itu yang mengindikasikan dukungan kekerasan selama pemilihan umum (Pemilu) di Amerika Serikat (AS). Grup itu memperoleh lebih dari 250 ribu follower. Setiap menitnya jumlah follower mereka bisa mencapai ribuan orang. Facebook membenarkan jika mereka menghapus grup itu sebagai bagian dari langkah pencegahan terkait pemilu.
Sekalipun Pemilu AS belum selesai dan kondisi saat ini menunjukkan Biden unggul, banyak disinformasi tersebar di media sosial. Salah satunya adalah klaim jika terjadi kecurangan dalam voting. Stop the Steal muncul sebagai reaksi dari tuduhan itu. Grup itu menyatakan jika warga AS perlu melawan dan menghentikan kecurangan yang mereka yakini sedang terjadi.
Saat dihapus, grup itu memperoleh lebih dari 360 ribu follower. Dalam postingan grup itu terdapat ancaman kekerasan dari anggota grup yang percaya jika Democrat berbuat curang dalam pemilu. Sebuah media di AS, VICE berhasil menyimpan sejumlah postingan dari grup itu sebelum dihapus.
Slashgear memberitakan pada Kamis (5/11) jika beberapa postingan itu menyerukan penggunaan senjata dan perang sipil untuk mencegah pemilu berlangsung. Yang lebih mengkuatirkan, grup itu akan mengadakan acara di beberapa negara bagian yang bermasalah. Salah satunya akan digelar pada Sabtu minggu ini. Tidak ada informasi lokasi, tapi ribuan anggota grup menyatakan kesediaan mereka.
Sepertinya anggota grup itu sadar jika Facebook mungkin akan menghapus grup tersebut. Jadi mereka membuat situs terkait grup.
Kemunculan grup Facebook ini menekankan masalah yang saat ini dihadapi media sosial terkait penyebaran disinformasi. Sekalipun Facebook menambahkan pengecek fakta, peringatan misinformasi dan lain-lain tapi jumlah misinformasi dan disinformasi tentang pemilu terus menyebar.