Yogyakarta – Media baru membuka peluang bagi kalangan muda menghadirkan solusi atas permasalahan kewargaan yang ada. Pemerintah pun berkomitmen untuk terus melakukan kebijakan percepatan transformasi digital melalui program perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
Semuanya terpapar dalam kuliah umum bertajuk Media Baru: Peluang dan Tantangan yang diselenggarakan Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Sabtu (14/11/2020).
Hadir sebagai narasumber dosen School of Culture and Communication University of Melbourne, Dr. Annisa R Beta serta Dirjen Komunikasi dan Informasi Publik Komunikasi , Prof. Widodo Muktiyo.
Prof. Widodo Muktiyo dalam paparannya yang disampaikan secara online menyatakan, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika berkomitmen untuk melakukan transformasi digital.
“Sesuai arahan Presiden, tengah diupayakan untuk perluasan dan peningkatan infrastruktur penyediaan internet di 12.500 desa atau kelurahan yang belum terjangkau layanan internet dari total sekitar 83.000 desa atau kelurahan,” terang dia.
Sepanjang tahun 2020 pemerintah memiliki program pengembangan bidang digital melalui digital leadership academy, digital telent scholarship dan gerakan nasional literasi digital.
“Kebutuhan mencapai 9 juta talenta digital untuk mendukung transformasi digital selama 15 tahun ke depan,” ujar dia. Lebih lanjut, tambah Widodo, era digital juga membuka peluang perkembangan industri dan ekonomi kreatif di berbagai bidang. Bidang ekonomi kreatif inilah yang menjadi peluang bagi Indonesia untuk bisa memenangkan persaingan global. “Terkait dengan kesemuanya itu saat ini tengah dipersiapkan Rancangan Undang-Undang perlindungan data publik,“ ungkapnya.
Berikutnya, Annisa R Beta menyebut banyak penelitian yang memposisikan media baru secara ideologis sebagai jalan keluar atas permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat. Misalnya pada era kolonialisme, teknologi cetak yang memunculkan koran mampu menggugah kesadaran kritis dari masyarakat Indonesia untuk menyuarakan antikolonialisme dan menuju kemerdekaan Indonesia.
“Pada perkembangannya, globalisasi membuat definisi kewarganegaraan semakin kabur, orang semakin tergantung media. Misal banyak orang Indonesia yang tinggal di luar negeri. Apa yang terjadi di Indonesia dapat diketahui melalui media. Rasa kewarganegaraan dimediasi oleh media,” papar peneliti pemuda, media baru dan perempuan ini.
Adalah tantangan untuk memanfaatkan media baru tidak hanya untuk tujuan normatif dan komersial tetapi mendorong masyarakat mengambil peran baik kecil maupun besar untuk mengatasi permasalahan bangsa.
Contoh konkret yang tampak pada munculnya gerakan sosial yang dipelopori anak muda yang diawali dari media sosial menyangkut kritik terhadap kebijakan pemerintah seperti yang terjadi di Mesir, Hongkong dan Indonesia tentunya. Gerakan sosial maupun solidaritas yang muncul pun kemudian menjadi Gerakan yang mengglobal.
Terpisah, Rektor UPN Veteran Yogyakarta Dr. M Irhas Effendi dalam sambutannya memaparkan digitalisasi telah menyebabkan perubahan dari konvensional menjadi media yang dikenal sebagai media baru.
“Perubahan dari analog menuju digital memunculkan peluang dan tantangan. Mengharuskan kita untuk mempersiapkan diri dengan kepekaan,” ujar dia.
Melalui kuliah umum ini, lanjut Rektor, diharapkan mampu mengenalkan kajian media baru kepada mahasiswa baru Jurusan Ilmu Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta dan masyarakat.
Dengan demikian, diharapkan munculnya gap karena adanya perubahan ini dapat terjembatani sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai bela negara.
Kegiatan kuliah umun yang digelar melalui aplikasi Zoom Meeting dan live Youtube chanel UPNTV ini diikuti 205 peserta. Kegiatan berlangsung interaktif melalui tanya jawab antara peserta dan narasumber.
Editor : Ari Kristyono