Wonogiri – Perjalanan hidup Kepala Satpol PP Wonogiri, Waluyo, panjang dan berliku. Sejak duduk di bangku SMP dia terpaksa ngenger (mengabdi-red) kepada seorang pejabat daerah pada saat itu. Hingga suatu ketika dirinya mengalami peristiwa ganjil yang menuntunnya pada perubahan besar dalam kehidupannya.
“Saya itu lahir dari keluarga susah. Saya hidup di pinggiran kali, ayah saya sudah meninggal, simbok buruh serabutan dan saudara saya banyak,” ungkap Waluyo kepada awak media, Kamis (19/11).
Awalnya tak banyak yang tahu latar belakang hidupnya. Dia lahir di kawasan Bacem, Grogol, Sukoharjo. Sejak kecil dirinya dibesarkan oleh sang ibu.
Faktor ekonomi jugalah yang membawa dirinya harus ngenger di rumah seorang Mantri Polisi (sekarang setara dengan Kasi Trantib Kecamatan-red) di Kecamatan Gatak, Sukoharjo. Masa sulit itu ia alami kisaran tahun 1983 hingga 1990.
“Waktu itu kan simbok saya bekerja di rumah Pak Hari, nyuci, nyetrika dan lainnya. Lalu, saya di sana disekolahkan di SMP 6 Solo. Jadi setiap hari sepulang sekolah ya saya bekerja di situ, mulai dari bersih-bersih rumah ya semuanya pokoknya,” bebernya.
Suatu ketika, tutur Waluyo, ibu kandungnya itu berhenti bekerja di rumah Pak Hari, otomatis dia juga angkat kaki dari rumah tersebut. Sementara saat itu dirinya sudah tamat SMP. Pada waktu itu, ekonomi keluarganya sangat sulit.
“Saya kemudian bekerja di sebuah pabrik plastik di Grogol. Tak disangka saya ketemu Pak Hari. Dia langsung nanya soal sekolah. Waktu itu dia membujuk agar meneruskan sekolah lagi. Akhirnya saya sanggup dan pada waktu itu dimasukkan di SMA Kusuma di jalan Ciu, sampai tamat. Pak Hari punya sepeda kumbang jatah dinas Mantri Polisi, itu yang saya pakai saat sekolah di SMA, dari Gatak sampai Jalan Ciu nggowes,” ceritanya.
Usai tamat SMA, Waluyo sempat disalurkan oleh orang tua asuhnya untuk bekerja di sebuah bank plat merah Sukoharjo. Namun hanya enam bulan saja. Pada saat itu ada info lowongan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) atau sekarang bernama IPDN. Bermodal nekat dia mendaftar APDN, hingga akhirnya diterima.
“Tidak ada persiapan, tapi waktu ikut pendidikan (APDN) di Srondol, Semarang uang yang saku saya hanya Rp 24 ribu,” kenang dia.
Singkat cerita ia lulus APDN tahun 1991 dan langsung mendapat penempatan di Kecamatan Wuryantoro Wonogiri.
Di Wuryantoro dia kos di sebuah rumah tua milik seorang Wedana. Sebagai PNS golongan IIA yang kala itu bergaji Rp 85 ribu per bulan, kos di rumah itu sudah sesuai ukuran isi dompet.
Dia menceritakan sering mengalami hal mistis saat tinggal di kos itu. Banyak kejadian di luar nalar dia alami saat hari mulai malam.
“Saya selalu takut datangnya malam. Setiap tidur pasti tindihen terus. Lihat bayangan pintu kamar seperti melihat yang menakutkan,” kenang dia.
Namun, semua kejadian itu pada akhirnya berlalu dengan sendiri. Selepas menjadi staf Kecamatan Wuryantoro, karier Waluyo di birokrasi bisa dibilang terus menanjak.
Berbagai posisi sempat ia duduki. Mulai dari Kepala Kelurahan, Camat di beberapa tempat lalu Kabag Humas Setda Wonogiri dan saat ini dia dipercaya memimpin Satpol PP Wonogiri.
“Kabag Humas di era Bupati Begug Poernomosidi dan Danar Rahmanto. Kini, Kasatpol PP dan ini paling lama, sudah tujuh tahun saya menjabat,” tandasnya.
Editor : Dhefi Nugroho