Walang kekek, menclok nang tenggok
Mabur maneh, menclok nang pari
Ojo ngenyek yo mas, karo wong wedok
Yen ditinggal lungo, setengah mati
Solo – Lirik tersebut tentu saja mengingatkan kita akan penyanyi keroncong legendaris Waldjinah. Dia adalah sosok penyanyi solo keroncong yang sudah melegenda. Ratusan lagu sudah dinyanyikannya, beragam penghargaan telah ia raih dan di usianya yang semakin lanjut Waldjinah tetap terus berkarya dan berupaya melestarikan keroncong sebagai budaya asli Indonesia.
Waldjinah begitu dia disebut. Awal mula nama Waldjinah karena ia dilahirkan di bulan Sawal (Wal) pada tahun Je (Ji) dan sebagai anak nomor sejinah (10) maka diberikanlah kepadanya nama Waldjinah. Karir menyanyi Waldjinah dimulai secara tidak sengaja ketika Ia masih kelas 2 SD. Waktu itu kakak Waldjinah seorang tentara yang juga hobi menyanyi memberikan arahan menyanyi kepada kakak ipar Waldjinah yang juga penyanyi, namun justru Waldjinahlah yang bisa sedangkan kakak iparnya tidak, berawal dari itu Waldjinah kecil memulai menyanyi dengan mengikuti lomba-lomba macapat yang diadakan sekolahnya. Umur 4 tahun Waldjinah berhasil menjuarai lomba macapat. Semenjak itu Waldjinah selalu menjadi perwakilan sekolahnya dalam lomba menyanyi. Ketika SMP kelas 1 Waldjinah berhasil menjuarai Ratu Kembang Kacang tahun 1958, waktu itu usianya masih 13 tahun. “Dahulu saya mendapatkan uang Rp. 2 untuk setiap menyanyi, dan waktu itu uang Rp. 2 sudah bisa buat pakaian”, kenang Waldjinah.
Walaupun berasal dari kalangan tidak mampu, dengan seorang ayah dan ibu yang hanya berjualan sayur memaksa Waldjinah untuk terjun di musik dan meninggalkan bangku sekolahnya. Ia juga sempat bekerja di Jakat, disana ia bernyanyi untuk para tentara ketika perang DI/TII berkobar. Selang satu tahun kemudian RRI meminta Waldjinah bekerja di RRI sebagai penyanyi honorer. “Untuk menjadi penyanyi di RRI harus di casting dahulu, namun saya tidak justru RRI mendatangi saya untuk menjadi penyanyi tetapnya” cerita Waldjinah
Umur 13 tahun Waldjinah sudah memulai rekaman, dengan lagu kembang kacang Ia berkolaborasi dengan penyanyi keroncong kawakan pelantun tembang Bengawan Solo, Gesang, dan Samsidi. Album tersebut direkam 1959. Kemudian pada tahun 1965 Waldjinah berhasil menjuarai Bintang Radio se-Indonesia. Kemudian 1969 adalah momen dimana lagu “Walang Kekek” direkam. Lagu tersebut menjadi booming sehingga Ia dikenal dengan sebutan Si Walang Kekek.