Timlo.net – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dijadikan sebagai tempat untuk Peta Jalan Pendidikan Nasional. DIY sebagai pusat pendidikan telah banyak menghasilkan bibit unggul tiap lulusannya. Tak hanya itu, pendidikan daring di DIY menjadi salah satu yang dinilai sukses.
“Komisi X ingin mendapatkan masukan dan pandangan mengenai Peta Jalan Pendidikan Nasional. Serta, melihat dua kondisi faktual data penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan di DIY. Kemudian, hasilnya kami jadikan rujukan dalam menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah dalam pengambilan dan penentuan kebijakan pendidikan,” ujar kata Anggota Komisi X DPR RI MY Esti Wijayati, dilansir dari laman dpr.go.id, Senin (23/11).
Di sisi lain, Esti menekankan Revolusi Industri 4.0 akan membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Yakni, tutur Esti, mulai dari gaya hidup, interaksi sosial, bermain, bekerja dan belajar.
“Akibatnya, diperkirakan 51,8 persen potensi pekerjaan di Indonesia akan hilang. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang ide dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran,” tegas legislator dapil DIY itu.
Senada, Anggota Komisi X DPR RI Illiza Saaduddin Djamal pada kesempatan yang sama dalam pertemuan tersebut menilai kondisi nasional dalam rangka menyambut 4.0 era multimedia, era digitalisasi dan era multimedia masih sangat kurang dari segi kesiapan infrastruktur.
“Maka, peta jalan pendidikan nasional yang telah disepakati oleh segenap rektor ini ke depannya menjadi sangat bermanfaat hingga sampai tahun 2035 bahkan sampai dengan 2045 mendatang. Jadi, secara visioner itu benar-benar harus dilakukan penyusunan yang sangat komprehensif,” tandas Illiza.
Sementara itu, Wakil Gubernur DIY Sri Paduka dalam paparannya menjelaskan mengupayakan pemaksimalan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara daring salah satunya dengan Jogja Belajar. DIY telah menjawab tantangan (KBM) pada masa pandemi Covid-19 melalui Jogja Belajar. Meskipun, beberapa daerah di DIY terkendala dengan jaringan internet, sehingga program Jogja Belajar tersendat.
“Ada daerah yang blank spot terhadap jaringan internet. Gunung Kidul yang paling banyak, karena memang geografisnya seperti (pegunungan) itu. Nah kami siasati itu dengan fiber optik. Kami lakukan refocussing anggaran untuk fiber optik. Harapan kami Jogja tidak ada yang blank spot lagi di akhir tahun ini,” papar Sri Paduka.
Editor : Dhefi Nugroho