Solo — Tidak sedikit pemain yang sebenarnya punya cita-cita di luar sepak bola. Namun nyatanya mereka justru meraup kesuksesan di olahraga si kulit bundar dan lapangan hijau.
Salah satu bek tengah PSS Sleman, Asyraq Gufron Ramadhan juga punya cerita tersendiri mengenai bagaimana bisa berkecimpung di sepak bola. Ia bercerita panjang dalam podcast PSS, termasuk bisa terjerumus ke sepak bola.
Gufron lahir di Surabaya pada 9 Februari tahun 1994. lahir dan besar di kota pahlawan setidaknya hingga masa remaja. Kultur sepak bola yang menjadi olahraga paling ia gemari pun lahir di lingkungan Surabaya yang keras.
Namun sejatinya, ia pernah ingin masuk menjadi seorang polisi. Hal itu dibuktikan dengan sempat mengikuti serangkaian tes masuk kepolisian, meski pada akhirnya gagal dan membuatnya harus terjun ke sepak bola.
“Memang dari kecil atau kelas 3 SD suka sepak bola, di sekolah ada ekstrakurikuler sepak bola mini. Berjalan sampai SMA kelas 1, saya setop main bola, karena kenakalan remaja. Lebih menikmati kenakalan sampai lulus SMA,” beber mantan pemain Persis Solo ini, Selasa (24/11)
“Lalu lanjut main bola lagi karena daftar jadi polisi tapi gagal. Mau ngapain lagi, sekolah nggak pinter banget, sering bolos. Kelebihan hanya main bola, ya sudah menjadi karier saya hingga saat ini,” lanjutnya..
Gufron mengawali karier sebagai pemain sepak bola di Surabaya dengan magang di Surabaya United yang merupakan cikal bakal Bhayangkara FC. Hingga ia masuk ke Tim Bhayangkara FC U-21, bahkan menjadi kapten tim.
Kemudian ia dipinjamkan ke klub Liga 2, Mojokerto Putra untuk tampil di ajang Indonesia Soccer Championship (ISC B) dan kembali lagi ke Bhayangkara FC U-21. Persis Solo pun kepincut akan bakat dan potensinya.
Selama satu setengah musim ia bermain di Persis, dengan prestasi membawa timnya ke babak delapan besar di tahun 2017. Hingga PSS yang beruntung merekrutnya dan menjadikannya bek sangar.
Editor : Marhaendra Wijanarko
