Klaten – Ribuan warga dari berbagai daerah, Minggu (31/7), menyemarakkan ritual budaya padusan di Obyek Mata Air Cokro (OMAC) di Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Kedatangan mereka ini bertujuan untuk melakukan ritual budaya yang sering dilakukan setiap tahun sekali menjelang bulan Puasa.
Pantauan di lokasi, sejak pagi warga mulai berdatangan di lokasi yang dikenal dengan sebutan Umbul Ingas tersebut. Tradisi ini diawali dengan kirab budaya yang menampilkan pasukan keraton, punokawan, atraksi reog, drumband pelajar, atraksi waterboom, penampilan Mas dan Mbak Klaten, dan penampilan OM Ken Dedes.
Secara simbolis tradisi ini diawali dengan mandi bunga kepada mas dan mbak Klaten oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Klaten.
Menurut Panitia Padusan OMAC, Bahtiar Joko Widagdo, jumlah pengunjung tahun ini sedikit mengalami kenaikan yakni mencapai 18.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 15.000 orang. “Meningkatnya jumlah pengunjung disebabkan karena fasilitas di lokasi objek wisata sudah lengkap. Yakni meliputi waterboom, kolam renang anak dan dewasa serta kelengkapan lainnya yang menyebabkan pengunjung penasaran,” ungkapnya.
Bupati Klaten Sunarno dalam laporannya yang dibacakan Kepala Disbudparpora Klaten, Setyo Subagyo mengatakan, tradisi padusan ini mempunyai arti penting. Tidak saja untuk peningkatan iman spiritual khususnya bagi umat Islam, akan tetapi juga sangat mendukung bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun bagi pembangunan pengembangan OMAC menjadi obyek wisata unggulan di Klaten. “Terlebih lagi dengan didukung oleh semakin meningkatnya jumlah pengunjung dari tahun ke tahun, ini menunjukkan bahwa minat dan perhatian masyarakat terhadap tradisi padusan juga semakin besar," ujarnya.
Menurut Bupati, hal ini tentunya merupakan kekayaan besar yang harus dipertahankan dan dilestarikan sebagai tradisi. Di sisi lain, kegiatan yang digelar setiap tahun ini menunjukkan masih adanya pihak yang mengabdikan diri pada pengembangan pariwisata yang berbasis tradisi.