Karanganyar — Jajaran Kementrian Pertanian meninjau kawasan pertanian terintegrasi di Desa Kragan, Gondangrejo, Sabtu (19/12). Dalam kesempatan itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) kembali menekankan pentingnya kesiapan daerah guna mendukung ketahanan pangan nasional.
“Saya bersama seluruh Dirjen Kementan dan KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan) untuk melihat seperti apa potensi yang bisa kita kembangkan ke depan. Tidak hanya dengan komoditi yang bertahun-tahun kita lakukan seperti itu. Tapi mungkin saja kita butuh lebih banyak komoditi lain yang bisa menopang kepentingan rakyat,” kata SYL.
Ia menyebut model pertanian terintegrasi merupakan upaya meningkatkan produksi yang mendukung ketahanan pangan nasional serta menyejahterakan petani. Di Desa Kragan, klaster percontohan menunjukkan efek positif. Lahan pertanian tak hanya menghasilkan padi, namun juga kelapa, jeruk, cabai serta bisa beternak lele di area kebun sayur. Ia mengapresiasi dukungan Pemerintah Kabupaten Karanganyar yang tetap mendampingi program integrated farming.
Tahap selanjutnya pada industri perkebunan skala rumah tangga. Konsep ini akan diperkuat dengan kolaborasi dirjen pertanian dan perikanan/kelautan.
“Keseluruhan bisa kita topang, mungkin 1-2 tahun. Sesudah itu rakyat sendiri akan bangkit dengan keragaman produk pertanian, perkebunan dan peternakan,” katanya.
Menurut SYL, integrated farming juga merupakan terobosan meningkatkan indeks pertanaman (IP) padi menjadi 4 kali tanam dan panen dalam setahun atau dikenal IP400. Pola IP400 ini harus terbangun di semua wilayah Indonesia sehingga pencapaian produksi beras naik tajam.
“Pak Dirjen Tanaman Pangan saya perintahkan pola IP400 budidaya padi harus masif, ada di semua kecamatan. Ini kita mulai kenalkan konsep integrated farming menuju zero waste sehingga pangan kita semakin kuat dalam tantangan apapun,” tuturnya.