Sleman — Dunia suporter di Indonesia yang semakin berkembang, acapkali membuat daya tarik tersendiri bagi seorang pemain. Khususnya para legiun asing yang baru mencicipi kariernya di Liga Indonesia.
Seperti yang dipertontonkan dua kelompok suporter fanatik PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS) dan Slemania. BCS disebut-sebut sebagai kelompok suporter beraliran ultras terbaik di Indonesia. Melalui karya-karya koreografi yang memukau.
BCS selalu menghadirkan teror bagi lawan melalui suara nyanyian lantang untuk memompa semangat para penggawa tim Elang Jawa. Sementara Slemania tidak kalah fanatiknya, sebagai kelompok suporter tertua di PSS dan masih eksis sampai sekarang.
Kehadiran dua kelompok suporter dengan masa yang besar tersebut merupakan alasan bagi bintang PSS, Yevhen Bokhasvili sulit berpaling sejak dirinya mendarat di Sleman, tepatnya pada gelaran Piala Presiden 2019.
Saat itu ia datang ke PSS dalam keadaan dibekap cedera dan belum dapat memperkuat timnya di fase grup Piala Presiden. Lantas pemain asal Ukraina tersebut hanya dapat menyaksikan perjuangan rekan-rekannya dari atas tribune Stadion Maguwoharjo.
Baginya, kultur sepak bola terutama dari sisi dukungan para suporter di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negaranya Ukrainya dan sejumlah negara kawasan Eropa Timur. Di negaranya yang merupakan pecahan Uni Soviet, banyak orang menyukai sepak bola dan aliran ultras tumbuh pesat.
“Karena setahu saya Indonesia bukanlah negara tradisi sepak bola yang terkenal, tapi hanya ingin sepak bola di sini terus maju. Bukan negara yang terkenal sepak bolanya semacam Inggris, Spanyol, Jerman. Saya tidak menyangka level mereka (Indonesia) dalam mendukung timnya di stadion begitu luar biasa,” tandasnya.