Timlo.net—Saat demonstrasi atau protes berlangsung, polisi biasanya ditugaskan untuk menjaga keamanan dan kedamaian. Dalam beberapa demonstrasi, kelompok pendemo dan polisi akur dan tidak ada konflik di antara keduanya. Tapi kadang situasi berubah menjadi kacau dan beberapa oknum polisi mulai melakukan hal-hal yang tidak semestinya. Tentu saja idealnya polisi dan pendemo yang bertindak melawan hukum harus mempertanggung jawabkan perbuatan mereka.
Sayangnya, dalam beberapa kasus, para oknum polisi ini menyembunyikan lencana mereka. Jadi sulit bagi para pendemo untuk mengenali atau mengidentifikasi mereka secara resmi. Tapi, sepertinya beberapa aktivis di Amerika Serikat (AS) menemukan solusi untuk persoalan ini. Mereka menggunakan software pengenal wajah untuk mengenali polisi. Hal ini ironis karena pada dasarnya alat itu digunakan polisi untuk mengidentifikasi para pendemo.
Christopher Howell, seorang programmer otodidak mengungkap pada The New York Times jika dia menciptakan program pengenal wajah itu setelah dilempari gas air mata awal tahun ini. “Ini semacam ide yang muncul saat mandi dan persimpangan antara apa yang saya bisa lakukan dan apa kebutuhan saya. Akuntabilitas adala hal penting. Kita perlu tahu siapa melakukan apa, jadi kita bisa menanganinya,” terang Christopher dilansir dari Ubergizmo, Rabu (30/12).
Andrew Maximov, pengembang software lainnya menambahkan,” Untuk saat ini, semua orang sadar orang besar bisa menggunakan software ini untuk mengidentifikasi dan menekan orang kecil, tapi kami sekarang mendekati ambang teknologi di mana orang kecil bisa melakukan hal yang sama pada orang besar. Hal ini bukan sekedar hilangnya anonimitas. Ini adalah ancaman terhadap kejahatan.”