Solo — Preeklampsia saat ini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. Demikian Prof Dr Sri Sulistyowati dr SpOG (K) saat menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besarnya di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Universitas Sebelas Maret (UNS), di Auditorium UNS, Solo, Selasa (11/12).
“Pendekatan untuk mengetahui penyebab preeklampsia pada awal konsepsi maupun selama kehamilan pada ibu hamil sering mengalami kendala bila memerlukan tindakan invasif seperti pemeriksaan pada trofoblas karena dapat membahayakan kehamilannya dan tidak diperbolehkan secara etik medik,” jelas Sulistyowati saat dikukuhkan oleh Rektor UNS Prof Dr Ravik Karsidi MS sebagai Guru Besar ke 196 UNS.
Lebih lanjut disebutkan, mencit Mus Musculus sebagai binatang yang memiliki kemiripan dengan manusia dapat digunakan sebagai model disfungsi endothel yang menjadi dasar terjadinya preeklampsia. Model ini diharapkan dapat sebagai masukan bagi peneliti untuk dapat menemukan hal-hal yang berkaitan dengan preeklampsia sehingga dapat dipakai sebagai pendekatan untuk mengetahui penyebab maupun terapi preeklampsia.
Sulistyowati mengungkapkan preeklampsia masih merupakan penyumbang utama kesakitan dan kematian pada ibu maupun janin. Kejadian preeklampsia 2 – 10 % dari seluruh kehamilan di dunia, menurut WHO insidennya 7 kali lebih besar di negara berkembang bila dibandingkan dengan negara maju.
“Preeklamsia juga berkaitan dengan 10% penyebab kematian perinatal dan neonatal. Kasus preeklamsia di Indonesia 30-40% menjadi penyebab kematian Ibu hamil, dan 30 – 50 % menjadi penyebab kematian perinatal,” jelasnya.
Editor : Marhaendra Wijanarko