Sleman — Sekolah sepak bola (SSB) berkembang pesat di hampir seluruh pelosok negeri. Sudah banyak SSB tersebar di banyak daerah sebagai pencetak pemain bola yang handal untuk generasi masa depan.
Seperti di wilayah Kabupaten Sleman yang memiliki 20 SSB aktif dan cukup besar. Salah satunya adalah Bintang Putra Melati, Sleman yang dikelola oleh Ariono sejak beberapa tahun belakangan.
Meski demikian, tidaklah mudah mengelola SSB. Iklim pembinaan usia muda di Indonesia berbeda jauh dengan di Eropa. Di sana pemerintah dan klub-klub professional punya kepedulian tinggai terhadap pengembangan sepakbola usia dini.
Tak heran, jika beberapa pemain usia belia sudah mendapatkan kontrak profesional agar bakat istimewanya dapat dikembangkan secara optimal.
Sayangnya di Indonesia pembinaan pemain dini masih banyak dilakukan oleh pihak swasta dan swadaya masyarakat yang peduli pada pengembangan sepakbola usia dini.
“Perhatian PSSI baik di tingkat pusat, provinsi atau kabupaten masih dapat dikatakan belum optimal. Bisa dikatakan induk organisasi sepakbola Indonesia itu masih minim perhatiannya pada kompetisi usia dini,” kata Ariono, Kamis (14/1).
Sementara problem pembinaan usia dini tak hanya pada masalah kualitas kompetisi. Masalah kurikulum, kualitas pelatih, sarana dan prasarana latihan juga menjadi kendala serius yang harus diselesaikan.
“Akibat belum ada standarisasi atau syarat-syarat yang harus dipenuhi secara khusus membuat SSB mudah didirikan, tapi juga dengan mudah bubar di tengah jalan,” imbuhnya.
Editor : Wahyu Wibowo