Timlo.net–Drone biasanya digunakan untuk pengawasan karena bisa dikendalikan dari jarak jauh. Tapi teknologi drone saat ini memiliki kelemahan. Terutama pada daya tahan baterainya. Sebagian besar drone saat ini hanya bisa terbang dalam waktu singkat. Setelah itu baterai di dalamnya perlu dicas. Tentunya ini menjadi kendala dalam pemakaian drone.
Tetapi, peneliti merasa menemukan solusi yang lebih baik: lebah. Para teknisi dari the University of Washington menciptakan rangkaian sensor yang cukup kecil untuk dipasang pada bagian punggung lebah.
Lebah lalu terbang di sekitar tanaman pangan. Sensor di punggung mereka bisa digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kesehatan, suhu dan kelembaban tanaman pangan. Informasi ini penting bagi petani yang ingin mengoptimalkan pertumbuhan tanaman pangan mereka, tulis Ubergizmo, Selasa (11/12).
Sensor ini bisa bertahan selama tujuh jam. Setelah itu saat lebah kembali ke sarangnya, sensor itu akan dicas. “Drone bisa terbang sekitar 10 atau 20 menit sebelum perlu dicas lagi, sedangkan lebah kami bisa mengumpulkan data hingga berjam-jam. Kami memperlihatkan untuk pertama kalinya kemungkinan untuk benar-benar melakukan semua komputasi ini dan menggunakan serangga alih-alih drone,” ujar peneliti senior dan associate professor di the UW’s Paul G. Allen School of Computer Science & Engineering, Shyam Gollakota.
Kelemahan cara ini adalah kita tidak bisa mengendalikan lebah. Selain itu ada masalah dengan penyimpanan data karena ukuran sensor yang kecil. Besaran data yang disimpan hanya 30KB.
Tetapi Shyam percaya lebah lebih unggul dibandingkan drone. “Membuat serangga ini membawa sistem sensor bisa bermanfaat untuk ladang karena lebah bisa mendeteksi hal-hal yang tidak bisa dideteksi obyek elektronik seperti drone. Dengan drone, Anda hanya terbang secara acak, sedangkan seekor lebah akan tertarik pada hal-hal tertentu, seperti tanaman untuk diserbuki. Dan selain belajar tentang lingkungan, Anda juga belajar banyak tentang bagaimana lebah berperilaku,” terang Shyam.