Wonogiri – Ratusan kasus chikungunya terdeteksi di Wonogiri sejak akhir November 2020 lalu. Disinyalir, ada 10 tempat yang menjadi tempat penyebaran penyakit tersebut.
“Total kasus penderita chikungunya sejak akhir November 2020 hingga saat ini mencapai 244 kasus,” ungkap
Kepala Dinkes Wonogiri Adhi Dharma melalui Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Supriyo Heriyanto, Kamis (4/2).
Dia mengakui, kasus chikungunya memang lama tak terdengar lagi di Wonogiri. Namun, akhir November 2020 lalu, penyakit itu kembali terdeteksi di wilayah Pokoh, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri.
“Jumlah penderita di lokasi tersebut berkisar 30 orang. Nah, sejak saat itu, chikungunya menyebar ke beberapa lokasi. Antara lain di wilayah Kelurahan Wonokarto, Giripurwo dan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri. Sekarang, sudah ada 10 tempat terjangkit virus itu. Tapi, sebagian besar ada di Wonogiri Kota dan satu kasus ada di Kecamatan Slogohimo,” paparnya.
Hingg saat ini kata Suprio, upaya yang sudah dilakukan adalah melakukan fogging atau pengasapan di sepuluh tempat. Pengasapan itu dilakukan karena dalam satu lokasi ada lebih dari lima orang penderita.
Diduga, penyakit tersebut terbawa oleh orang yang pulang dari perantauan. Adapun chikungunya ditularkan oleh nyamuk aedes albopictus. Nyamuk tersebut sering bersarang di luar rumah, seperti di kebun atau pekarangan. Berbeda lagi dengan nyamuk aedes aegypti yang menjadi vektor demam berdarah sering bersarang di dalam rumah.
Ditambahkan, untuk menangkal terjangkitnya kasus penderita chikungunya masyarakat harus lebih membiasakan hidup sehat dan bersih. Kemudian sering melakukan aksi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan 3M (menguras, menutup dan mengubur).
“PSN dan 3M jangan sampai lupa, harus rajin. Meski saat ini baru pandemi corona. Karena apa, kasus
demam berdarah risiko kematiannya lebih besar dibanding chikungunya, jarang mengakibatkan kematian,” tandasnya.