Solo — Pakar Lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS), Dr. Prabang Setyono berbicara kearifan di dalam mengelola bencana. Hal ini dilakukan lantaran akhir-akhir ini di Indonesia terjadi bencana di beberapa tempat. Seperti bencana banjir di Kalimantan Selatan serta di berbagai daerah di Pulau Jawa.
“Bencana merupakan kejadian sebagai konsekuensi logis dari dinamika alam,” terang Dr. Prabang di Kampus UNS Solo, Kamis (4/2).
Lebih lanjut dia mengemukakan, bencana itu sendiri dapat disederhanakan menjadi bencana alam dan bencana lingkungan. Bencana alam merupakan kejadian di luar campur tangan manusia karena kejadiannya sebagai otoritas dari dinamika alam itu sendiri, seperti gempa bumi atau lindu, gunung meletus, dan tsunami.
Sedangkan bencana lingkungan merupakan kejadian yang sangat kental dengan proses interaksi manusia dengan alam sekitarnya. Hal ini dapat diartikan manusia sebagai pemicu bencana.
“Berdasarkan kriteria tersebut, maka bencana yang terjadi akhir-akhir ini yang tergolong bencana hidrometeorologi terkait dengan aktivitas manusia,“ ujar Prabang.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa saat ini kalangan akademisi bisa memberikan pencerahan yang berbasis bukti empiris atau data ilmiah agar permasalahan pemicu bencana dapat diurai secara sistematis, transparan, dan metodologis, sehingga jelas dan penyelesaiannya mempunyai struktur yang operasional.
Sementara jika meninjau dari konsep dan konteks nilai lokal, maka bisa dikatakan bahwa dalam pengelolaan lingkungan tentu harus arif. Lokalitas itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu local knowledge (pengetahuan lokal), local genius (kecerdasan lokal), dan local wisdom (kearifan lokal).
Tiga nilai lokalitas tersebut akan tergerus oleh kebijakan yang mengatasnamakan pembangunan dan peningkatan pendapatan daerah. Kebijakan yang tidak ramah lingkungan cenderung bersifat eksploitatif, bukan investatif dalam menjaga keberlangsungan alam dan lingkungan.
Menurutnya, kearifan mengelola bencana di kalangan masyarakat lokal dahulu seharusnya dijadikan landasan dalam merumuskan kebijakan maupun program yang berbasis risiko kebencanaan. Penanganan bencana hidrometeorologi di Indonesia seharusnya banyak belajar dari nilai lokal tersebut.
Editor : Dhefi Nugroho