Sleman — PSS Sleman termasuk dalam kategori klub belum terlalu tua untuk ukuran tim perserikatan di Indonesia. Namun tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Sleman tersebut menjadi kekuatan tersendiri di sepak bola nasional.
Sedikit menengok ke belakang, PSS didirikan jauh sesudah lahirnya tim utama di wilayah Yogyakarta yakni PSIM. Berada di bawah bayang-bayang PSIM, membuat PSS cukup lama berkutat di kasta bawah pada awal masa pembentukan klub.
Meski baru berusia 44 tahun, PSS berhasil menjadi deretan klub terbaik di Indonesia. Terbukti dengan masuk dalam kompetisi kasta tertinggi, Liga 1 sejak 2019 lalu. Hingga belum banyak yang tahu bagaimana sejarah dan asal muasal lahirnya klub berjulukan Elang Jawa itu.
Salah satu tokoh pendiri PSS bernama Sudarsono punya banyak kisah menarik tentang histori klub pujaan Brigata Curva Sud (BCS) dan Slemania itu. Dirinya menjadi bintang tamu dalam podcast PSS baru-baru ini, untuk menceritakan bagaimana proses lahirnya PSS.
“Sebelum berdiri, ada beberapa personil atau tokoh di Sleman yang ikut klub internal PSIM Yogyakarta. Diantaranya Suryo Saryono (PS Satria), Subardi (ISSB), Hartadi (PSIM dan Sinar Utara), saya sendiri Sudarsono (PSSO). Kemudian lahir ide dari empat orang ini menginginkan oleh Bupati Sleman, untuk berdirinya PSS Sleman,” beber Sudarsono, akhir pekan kemarin.
Untuk menyiapkan pembentukan klub PSS, Sudarsono bercerita sering menggelar pertemuan di rumahnya. Terutama mematangkan organsiasi PSS, menghimpun para pemainnya, hingga sejumlah identitas klub. Seperti warna kebesaran, logo tim, dan seragam yang digunakan saat bertanding.
Diketahui PSS memiliki warna kebesaran hijau, logo yang mirip dengan PSSI, adanya atribut gambar candi dalam logonya. Diakuinya pula, kelahiran PSS ternyata mendapat respons yang sangat positif dari lingkungan PSSI DIY, bahwa perkembangan sepak bola semakin meluas.