Solo – Siapa bilang penyandang tuna rungu dan tuna wicara tidak dapat menari? Walau hal itu mungkin mustahil, namun tidak bagi para siswa dan siswi SMPLB/SMALB, walau mereka memiliki kekurangan sejak lahir, namun tidak menghentikan niat, keinginan mereka untuk mengekspresikan dirinya lewat seni.
Hal itu terbukti dengan penampilan memukau yang ditunjukkan siswa-siswi SMPLB/SMALB Bina Karya Insani pada pagelaran seni “Malem Nemlikuran” yang digelar tadi, (26/3/2010) di pendapa SMK N 8 Surakarta.
Puluhan siswa SMPLB/SMALB suguhkan sebuah pentas tarian yang menggambarkan situasi yang mereka alami dari bangun tidur hingga berangkat sekolah. Walaupun mungkin suatu hal yang mustahil, pasalnya mereka penyandang tuna rungu, namun mereka tetap bisa memberikan suguhan yang menarik, lucu sekaligus mengharukan.
Bak sebuah panduan suara, penampilan mereka dipandu oleh seorang dirigen yang memberikan panduan dengan gerakan jari tangan menyesuaikan irama dari musik background.
Sambutan penonton sendiri sangat antusias, apalagi karena mereka adalah penyandang tuna rungu dan tuna wicara. “Walaupun mereka bisu dan tuli, namun bisa memberikan suguhan yang menarik dan lucu, bahkan saya sempat terharu”, ungkap Handayani (25) dengan matanya yang hampir menitikan air mata. “Penampilan mereka terbaik, sangat menyentuh dan menginspirasi”, ungkap Joko salah satu siswa SMK N 8 Surakarta.