Timlo.net – Lantai ruang tengah rumah Supadiyono (55) warga Dusun Karang Senen Desa Traji Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung tiba-tiba ambles hingga sedalam 2,5 meter. Akibat kejadian itu, seluruh penghuni rumah yang berjumlah enam orang terpaksa mengungsi.
Dilansir dari laman mediacenter.temanggungkab.go.id, peristiwa tersebut terjadi pada Selasa (16/2) sekitar pukul 20.30 WIB.
“Kejadian itu Selasa malam, saat itu hujan lebat, sempat banjir dibeberapa rumah tetangga. Hari-hari sebelumnya juga hujan deras,” terang Supadiyono, Kamis (18/2).
Saat itu, dia dan keluarganya kaget saat ada air keluar dari bawah lantai hingga menggenangi beberapa kamar. Sebuah lemari penyekat antara ruang depan dengan ruang tengah ambles sebagian.
“Kami panik, karena air terus bertambah. Kemudian saya ungsikan langsung ke rumah saudara di Candiroto. Kami bermalam di situ, kemudian pulang dan bermalam di gereja,” ujarnya.
Menantu Supadiyono, Yohannes Terawan (31) menambahkan, kejadian ini disebabkan empat buah gorong-gorong di bawah rumah pecah yang tersumbat oleh tumpukan sampah. Sementara tanah penyangga gorong-gorong tergerus oleh air dari sebuah paralon yang diduga milik warga.
“Gorong-gorong pecah, kemudian airnya naik ke permukaan. Karena hujan intensitas tinggi, air terus menggerus tanah di sekitar gorong-gorong sampai melebar,” tambahnya.
Sehingga ruang tengah tercipta lubang cukup besar berdiameter 2 meter kedalaman 2,5 meter. Kerugian material diperkirakan senilai Rp 11 juta. Kondisi ini masih bisa bertambah karena gorong-gorong belum bisa diperbaiki akibat curah hujan yang tinggi.
“Saat kejadian, sampah numpuk. Malam itu sebelum ngungsi, kami bersihkan bersama warga agar tidak semakin parah. Besoknya mau diperbaiki, hujan deras, air naik lagi,” lanjutnya.
Melihat kondisi ini, Supadiyono bersama istri, menantu, anaknya, dan dua orang cucu yang masih Balita mengungsi ke GPdI Anugrah Traji yang tidak jauh dari rumahnya. Mereka bermalam di sebuah ruang istirahat bekas tempat tinggal Pastur.
Mereka sesekali kembali ke rumahnya di pagi hari untuk memasak dan mengecek kondisi rumahnya.
Meringankan beban Supadiyono, warga sekitar berencana melakukan perbaikan gorong-gorong yang terputus. Untuk penanganan darurat, Supadiyono telah memesan empat buah gorong-gorong untuk mengganti yang sudah pecah. Pasir juga sudah disediakan, sementara material semen akan dibantu oleh BPBD setempat.
“Bersama warga nanti akan memperbaiki gorong-gorongnya. Kemudian dicor kembali agar kuat,” terangnya.
Supadiyono berharap, saluran air dari Desa Medari Kecamatan Ngadirejo hingga Desa Traji Kecamatan Parakan itu segera teratasi dengan baik agar tidak menimbulkan bencana banjir susulan.
Ia juga berharap, Pemerintah Desa bisa mencarikan solusi agar kejadian serupa tidak terulang kembali hingga tahun-tahun ke depan.
“Saya beli tanah ini pada 2001 dan sudah minta yang punya tanah agar mengalihkan saluran air. Setelah terbeli, ternyata belum juga dialihkan. Karena terdesak harus segera punya rumah, saya mulai bangun pada 2004 dengan memperkuat bangunannya, selesai 2015,” tambahnya.
“Saya berharap, pemerintah desa bisa melakukan normalisasi saluran dengan mengalihkan saluran ke belakang atau depan rumah. Supaya kami lebih aman, karena kalau ditanggung sendiri tidak kuat, biayanya tidak sedikit,” harapnya.
Sumber: temanggungkab
Editor : Wahyu Wibowo