Timlo.net — Jepang dikenal sebagai negara dengan jumlah mesin vending tertinggi per kapita di dunia. Negara itu sedang mencari cara memanfaatkan 4,1 juta mesin vending untuk melawan pandemi corona dengan menjual alat tes rapid lewat mesin itu.
Langkah ini diharapkan bisa memperluas tes di atas jumlah tes PCR (polymerase chain reaction) yang dilakukan setiap harinya di Jepang. Negara itu sendiri melakukan 40.000 tes setiap harinya. Langkah ini juga bertujuan untuk menghemat energi tenaga kesehatan yang harusnya ditempatkan di wilayah-wilayah lain supaya lebih tertarget melawan pandemi.
Para warga Jepang memanfaatkan penyedia tenaga medis swasta sebagai satu-satunya alternatif untuk menjalani tes PCR sebelum penggunaan mesin vending. Oleh karena itu, penggunaan mesin itu diharapkan menjadi cara yang efektif untuk mencegah kerumunan di tempat umum dan layanan kesehatan swasta. Itulah pandangan Kepala the Laketown Takenoko Ear Nose and Throat Clinic, Hideki Takemura. Dia sudah memasang tujuh mesin vending di bagian Ibukota, Tokyo, tulis Gizmo China, Senin (8/3).
Menurut Hideki, jumlah tes yang dilakukan di Jepang sangatlah rendah. Jadi sulit bagi mereka untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya dari pandemi itu. Hal ini juga mempengaruhi usaha pemulihan.
Model mesin vending ini meraih kesuksesan besar pada tahap-tahap awal. Dalam beberapa kasus, uang dalam mesin vending harus dikosongkan dan barang di dalamnya harus diisi ulang karena banyaknya warga yang membeli alat tes.
Penggunaan tes PCR yang dijual dalam mesin itu adalah warga membeli seperangkat alat tes senilai $40 (Rp 560 ribu). Warga tersebut lalu memasukkan sampel air liur pada bagian yang ditentukan dalam alat tes. Hasil sampel lalu dikirimkan lewat paket ke dalam laboratorium untuk dianalisa.