Wonogiri — Nama petis atau pindang Mbok Sinem sudah menjadi legenda kuliner di Wonogiri. Selain murah meriah, rasa panganan berbahan baku tepung tapioka (tepung gaplek), jerohan dan kikil kambing tersebut mampu menggoyang lidah.
Pindang kambing Mbok Sinem ini sudah ada sejak puluhan tahun silam. Mbok Sinem (75) adalah warga Dusun Sambirejo RT1/RW9 Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo.
“Nggak sampai pasar. Ditaruh di atas meja depan rumah saja sudah habis,” ujar Mbok Sinem saat media ini menyambanginya, Kamis 25/3).
Mbok Sinem mengaku menggeluti usahanya tersebut sejak tahun 1998. Saat itu, dirinya masih aktif berjualan di pasar-pasar.S elain menjual pindang jerohan dan kikil, ia juga menjual daging kambing ke pedagang pasar. Sebab, saat itu dirinya masih menyembelih kambing sendiri.
“Sekarang ndak ke pasar. Sudah di rumah saja, sudah banyak yang nyari,” bebernya.
Tak heran jika pindang Mbok Sinem jadi buruan penikmat kuliner. Karena, tekstur erohan dan kikilnya sangat empuk. Ditambah lagi, paduan olahan tepung tapioka layaknya bubur yang gurih menjadi semakin nikmat. Apalagi, penyajiannya dibungkus menggunakan daun jati.
“Saya mulai mempersiapkan bahan bakunya sejak pukul 11.00 WIB. Jerohan dan kikil dipotong kecil-kecil dimasak dengan bumbu. Matangnya ya sekitar jam 16.00 WIB. Itu pun sudah banyak yang antri,” terangnya.
Saban hari, kata Mbok Sinem, ia mampu menghabiskan sekitar lima kilogram jerohan dan kikil. Jika dihitung, lima kilogram jerohan dan kikil itu dihasilkan dari sekitar 10 ekor kambing. Ia mengaku dagangannya laris manis, tak sampai larut malam. Terkadang, saat ramai, menjelang Maghrib, petis buatannya sudah habis.
“Wong belum matang saja sudah banyak yang pesan kok. Kalau pembelinya dari berbagai daerah, ada yang dari Wonogiri, Ngadirojo serta kecamatan lainnya. Sampai saat ini masih setia, pelanggan saya dari Karanganyar juga,” tuturnya.
Untuk mencicipi pindang legend ini, dipatok harga bersahabat alias murah meriah. Selain itu, Mbok Sinem juga melayani pembeli yang hanya sekadar ingin menikmati rasa olahan bacem jerohan dan kikil tanpa ditambah ceprotan atau tepung tapioka yang sudah dimasak seperti bubur. Setiap porsi komplit dibanderol Rp 5.000.
“Mintanya berapa saya layani. Kalau rasa saya jamin tidak ada duanya. Di daerah lain mungkin ada, tapi kan rasanya cenderung manis,” paparnya.
Salah satu warga Kecamatan Tirtomoyo, Ria, mengaku sudah lama berlangganan pindang Mbok Sinem. Selain rasanya gurih dan nikmat, harganya sangat murah. Cara pengolahannya juga bersih dan masih tradisional, yakni dimasak menggunakan kayu bakar.
“Murah sih. Selain itu juga mantab,” ujarnya.
Editor : Marhaendra Wijanarko