Solo – Memahami dunia anak dalam kehidupan sehari-hari memang perlu dibutuhkan melalui pendidikan anak usia dini. Mendorong anak untuk berimajinasi merupakan hal yang dibutuhkan untuk mengelola pola pikir anak sejak dini dengan mengembangkan pemahaman dan metodologi penyampaian melalui dongeng kepada anak-anak.
Sosialisasi peran buku cerita dan dongeng terhadap pengembangan imajinasi anak, menjadi sangat perlu, karena terbukti mampu membangun serta mengembangkan kekuatan imajinasi anak. Program pendidikan anak usia dini (PAUD) tidak akan lengkap, jika kurikulum di dalamnya tidak memiliki konten tentang dunia dongeng-mendongeng.
Usaha untuk mengiringi proses perkembangan daya pikir masa kanak-kanak di usia dini, tidak bisa lepas dari buku-buku cerita dan dongeng. Pakar-pakar pendidikan, sudah melegitimasi pengaruh yang sangat signifikan, antara buku cerita dan dongeng bagi perkembangan psikomotorik, afektif dan perilaku anak di kelak kemudian hari. Bahkan Einstein sendiri mengatakan bahwa dunia imajinasi lebih penting dari dunia nyata. Karena seluruh penciptaan yang dilakukan manusia berawal dari ranah imajinasinya.
Ternyata dunia imajinasi yang dihasilkan oleh pola pikir anak menghasilkan suatu kreatifitas yang ternyata perlu dikembangkan dan digali hingga mencapai potensi yang maksimal, contoh yang cukup sederhana seperti bermain, menggambar dan melakukan aktifitas lainnya merupakan unsur imajinasi yang membangun. Dalam permainan, terdapat unsur pleasurable (menyenangkan), enjoyable (menikmati), imajinatif dan aktif, sehingga tanpa bermain, imajinasi tidak akan berkembang dengan baik, kedua hal tersebut merupakan rangkaian aktifitas yang melibatkan pikiran, perasaan dan gerak tubuh anak yang sejatinya bermanfaat bagi perkembangan dan kepribadiannya.
Pernah acapkali orang tua akan melarang anak-anaknya melakukan sesuatu yang dirasakan membahayakan si anak, namun kadang si anak mempunyai pola pikir sendiri dengan apa yang dilakukannya, secara tidak sadar orang tua akan menghentikan pola pikir imajinatif yang dimiliki oleh anak, karena sebuah imajinasi lahir dari proses mental yang manusiawi. Proses ini mendorong semua kekuatan yang bersifat emosi untuk terlibat dan berperan aktif dalam merangsang pemikiran dan gagasan kreatif, serta memberikan energi pada tindakan kreatif.
Kemampuan imajinatif anak merupakan bagian dari aktivitas otak kanan yang bermanfaat untuk kecerdasannya. Di masa balita, imajinasi merupakan bagian dari tugas perkembangannya, sehingga anak sangat suka membayangkan sesuatu, mengembangkan khayalannya dan bercerita membagi ide-ide imajinatifnya kepada orang lain, khususnya orang tuanya. Karena itu, berimajinasi mampu membuat anak mengeluarkan ide-ide kreatifnya yang kadang kala “mencengangkan”.
Hal ini sangat wajar karena seiring pertambahan usianya, otak anak lebih aktif merespon setiap rangsangan. Di benaknya muncul banyak pertanyaan yang mendorongnya untuk melakukan banyak pengamatan untuk melakukan. Pertanyaan dan pengamatan yang dilakukannya itu, akhirnya membuat anak merasa nyaman berada di dalam imajinasinya. Semoga saja kita bisa terus belajar dan mendapatkan pembelajaran dari anak-anak dan memahami apa sisi dunia yang dimiliki oleh anak-anak tersebut.
(Diolah dari beberapa sumber)
Rony/Timlo.net