Solo – Kemajuan ekonomi di negeri Tiongkok yang terjadi sekarang tidak lepas dari sejarah pemerintah setempat yang sejak dulu memadukan antara budaya dan bisnis berjalan beriringan puluhan tahun.
Demikian terungkap Taufik, Deputy Chairman MarkPlus, Inc dalam Dialog virtual Komunikasi, Ekonomi, dan Perdagangan Lintas Budaya yang diadakan MarkPlus, Inc bersama dengan China Indonesia Management Association (CIMA), Sabtu (24/4).
Webinar series pertama episode kedua bertajuk Cross Cultural Dialogue Series: Understanding Chinese Culture in Business ini mengupas Rahasia Etos Kerja Masyarakat Tiongkok, dengan narasumber Dahlan Iskan, Yusuf Daud Sufi Practitioner, Hermawan Kartajaya, Founder dan Chairman MarkPlus, Inc, dan Taufik, Deputy Chairman MarkPlus, Inc.
“Reformasi perekonomian Tiongkok yang dimulai pada tahun 1978, seolah-olah tanpa henti meninggalkan kisah-kisah keajaiban,” ujar Taufik.
Taufik mengatakan, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal pertama tahun 2021 yang mencapai 18,3 persen merupakan hal yang luar biasa. Terlebih, untuk sebuah negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, masih bisa mencapai pertumbuhan ekonomi double digit sudah luar biasa.
“Lebih luar biasa lagi ketika angka double digit-nya adalah terbesar sejak tahun 1978. Perusahaan Tiongkok telah berhasil melakukan inovasi dalam melahirkan produk yang inovatif dan berkualitas tinggi,” kata dia.
Dahlan Iskan mengatakan kekuatan ekonomi Tiongkok tidak terlepas dari nilai-nilai budaya Konfusianisme dan Taoisme yang diterapkan oleh masyarakatnya, yaitu kerja keras, rajin, gigih, ulet, dan pantang menyerah. Perdagangan kunci awalnya menciptakan pertukaran budaya dan pertukaran agama.
“Memiliki ketentraman, ketenangan, dan kestabilan negara dalam jangka panjang merupakan hal yang sangat penting di Tiongkok. Itu yang membawa kemajuan mereka,” tandasnya.
Editor : Dhefi Nugroho