Solo — Indonesian Light Wood Association (ILWA) atau asosiasi kayu ringan mencatat, kebutuhan kayu dunia mencapai 2,1 triliun USD atau setara Rp 29,4 ribu triliun per tahun.
Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk dan membutuhkan rumah berbahan kayu ringan ramah lingkungan.
“Kami melihat pasar kayu dunia akan tumbuh terus seiring kenaikan jumlah populasi manusia,” ujar Ketua ILWA, Setyo Wisnu Broto kepada Timlo.net, Minggu (30/5).
Wisnu mengatakan kayu ringan seperti Albasia atau Sengon dan Jabon sebagai bahan baku building material dan furniture sangat diminati di pasar internasional. Hal ini menjadi peluang bisnis bagi masyarakat untuk menanam pohon yang punya nilai jual ekonomis.
“Kebutuhan kayu ringan akan semakin meningkat. Masyarakat yang punya lahan luas berpeluang besar untuk menanam pohon Albasia (Sengon) dan Jabon,” ucap dia
Ia mengatakan, pada 2019, kebutuhan kayu dunia mencapai 2,1 triliun USD, setara Rp 29,4 ribu triliun per tahun. Data itu lebih dari 10 kali nilai APBN Indonesia saat ini.
“ILWA dalam ketersediaan bahan baku menggandeng Fairventures NGO atau LSM dari Jerman yang sudah menanam 1 juta pohon Sengon di Kalimantan,” katanya.
Ia menambahkan, dengan cara kerjasama industri kayu ringan dari hulu dan hilir berjalan lancar. Terlebih negara pesaing seperti China banyak berivestasi di negara lain untuk menanam pohon Sengon dan Jabon.
Editor : Marhaendra Wijanarko