Solo — Berderai air mata, Bu Bebek (bukan nama sebenarnya) berjalan menuju back hoe yang tengah meratakan hunian Kentingan Baru. Kakinya yang sedang sakit tak mengurungkan niatnya untuk mencari suaminya yang tak kelihatan sejak barang-barangnya dikeluarkan paksa dari rumahnya.
“Pak dhe mu nengdi nduk? Pak dhe mu lagi lara kae. Golekono kae (Pak dhemu mana nak? Dia lagi sakit. Cari dia di mana),” tutur Bebek sambil berjalan tertatih. Langkahnya tetap tertuju ke arah back hoe.
Sejumlah tetangga yang melihatnya menuju bahaya langsung berusaha menenangkan Bebek dituntun kembali ke Masjid, tempat pengungsian sementara untuk warga yang rumahnya digusur. Sempat tenang sejenak, tangis Bebek kembali terpicu karena mendengar suara back hoe meratakan kampungnya rumah demi rumah. Tapi kali ini ia tetap berada di masjid.
Bebek hanya satu dari sekian banyak warga yang rumahnya dihancurkan saat eksekusi tahap kedua lahan Kentingan Baru yang dilakukan langsung oleh pemegang sertifikat, Rabu (19/12). Ia dan keluarga mengaku siap meninggalkan rumahnya. Ia bahkan termasuk salah satu keluarga yang bersedia menerima tali asih. Namun uang yang dijanjikan sampai saat ini belum juga diserahkan.
“Saya dulu ikut mediasi. Dan saya sudah mau. Tapi sampai sekarang belum dikasih. Kok tiba-tiba rumah saya dibongkar,” tuturnya.
Proses pembongkaran kediamannya sendiri cukup menyayat hati. Suami Bebek saat itu tengah duduk santai di depan rumah sambil melihat rumah-rumah tetangganya dibongkar satu demi satu. Ia tak menyangka rumahnya akan menjadi sasaran lengan back hoe. Uang tali asih yang dijanjikan belum ia terima.
Situasi mendadak berubah. Belasan lelaki berkaos hitam bertuliskan “Relawan” mendatangi rumahnya. Mereka dengan paksa mengeluarkan semua barang dari dalam rumah. Bebek dan istrinya yang sedang sakit tak bisa berbuat banyak.
Hanya menantu perempuannya saja yang berusaha melawan. Ia menjerit-jerit dari Pos Balewarta 56 yang berada tepat di depan rumahnya. Pos yang dahulu digunakan untuk membantu pemenangan pasangan Jokowi-Rudy saat pemilihan walikota 2004. Usahanya itu pun tak membuahkan hasil selain mendatangkan beberapa polisi wanita yang berusaha menenangkannya. “Relawan” berkaos hitam tetap saja mengangkuti barang-barang keluarga itu ke luar rumah.
Berikutnya, “Bruak,” lengan back hoe menghantam tembok rumah bata itu. Dalam hitungan menit, kediaman keluarga Bebek rata.
Menurut salah satu tetangga, Jatmiko, mayoritas penghuni Blok 4, tempat rumah Bebek berada, bersedia menerima tali asih. Sebagian bahkan sudah menerima uang sesuai yang dijanjikan pemilik lahan. Namun, lanjutnya, ada beberapa rumah yang ikut digusur yang belum mendapat tali asih.
“Salah satunya rumah Pak Bebek,” kata dia.
Saat ekeskusi tahap pertama, warga sempat mengadakan kesepakatan dengan polisi. Pembongkaran hanya menyasar rumah-rumah warga yang telah mendapat tali asih. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Wakil Kapolresta Surakarta, Andy Rifai di sela ekeskusi tahap pertama. Ia bahkan sempat menghentikan operator back hoe yang hendak membongkar rumah yang belum diganti rugi.
“Yang belum dapat ganti rugi ditahan dulu. Tidak kita bongkar,” kata dia.
Sementara itu, Kuasa Hukum Pemegang Sertifikat, Haryo Anindito Setyo Mukti mengatakan pihaknya tidak akan melayani klaim-klaim warga saat eksekusi berlangsung. Namun ia masih membuka peluang bagi warga yang mau berdialog dengan pemilik sertifikat.
“Kalau mau dialog kami beri kesempatan besok. Silakan warga yang mau berdialog ketemu dengan kami,” kata dia.
Editor : Wahyu Wibowo