Timlo.net – Lebih dari 164 ribu orang masih bermukim di sekitar 333 titik posko pengungsian pasca-gempa bumi dan tsunami yang menghantam wilayah Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah. Mereka bertahan di tenda-tenda lapangan berukuran sekitar 3 x 5 meter.
Bencana yang menghantam wilayah Pasigala pada Jumat, 28 September 2018, telah membuat tidak kurang dari 164.626 orang kehilangan tempat tinggal, bahkan mata pencaharian. Kebutuhan pokok yang saat ini masih sangat diperlukan, berupa beras dan susu serta bahan pangan lainnya. Di beberapa titik pengungsian, semisal Balaroa, Palu Barat, kebutuhan akan air bersih juga tak kalah penting.
Adapun tentang di mana mereka akan ditempatkan setelah Desember 2018 ini, rata-rata mereka tidak mengetahuinya. Mereka hanya tahu akan ada pembangunan hunian sementara di Tondo, Duyu, Petobo, dan Gawalise, tapi mereka tidak tahu akan dimukimkan di mana.
“Kami masih butuh beras. Juga air bersih. Sehari memang dua kali sehari ada air bersih. Ada subsidi air dua kali sehari. Tapi harus lebih lagi. Ini mau wudu di masjid sudah tidak cukup. Kalau soal rumah hunian, kami belum tahu di mana ditempatkan. Ke mana saja saya ditempatkan saya mau,” kata pengungsi Balaroa yang kini bermukim di Posko Pengungsian Donggala Kodi, Satir, Rabu (20/12)
Andi Asse, perempuan beranak empat yang juga tinggal di Donggala Kodi, mengatakan hal serupa.
“Kami masih butuh beras, juga susu. Kalau soal huntara (hunian sementara), kami tahu ada dibangun di Tondo, Duyu, dan Gawalise, tapi kalau kami belum tahu di mana nanti ditempatkan,” sebut dia.
Salah satu lokasi yang kini didiami oleh warga terkena dampak likuifaksi Balaroa adalah titik pengungsi di Kelurahan Donggala Kodi, Palu Barat. Lokasi ini dibangun oleh sejumlah relawan dari Turki, lembaga-lembaga nonpemerintah dan perusahaan-perusahaan agrobisnis yang beroperasi di wilayah Sulawesi Tengah. Petunjuk jalan di lokasi ini dinamai berdasarkan nama negara, lembaga nonpemerintah dan perusahaan yang membantu membangunnya.
Sesuai dengan penyampaian Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sedang menyiapkan pembangunan 1.200 unit hunian sementara. Adapun yang sedang dikerjakan saat ini sekitar 697 unit.
“Dalam masa pemulihan ini beberapa kegiatan yang kita prioritaskan. Misalnya percepatan pembangunan huntara. Kita targetkan Desember ini selesai sebanyak 1.200 unit. Kemudian selain itu pemenuhan kebutuhan dasar seperti kebutuhan air bersih di lokasi-lokasi huntara juga kita persiapkan. Kita juga sudah berencana memberikan bantuan alas tidur, bantal, selimut, dan lain-lain. Kebutuhan listrik juga pikirkan. Apakah nanti mereka membayar listrik penuh atau disubsidi,” jelas Longki.
Berdasarkan laporan Pusat Data dan Informasi Bencana Pasigala, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menyebutkan, saat ini jumlah warga terkena dampak yang masih mengungsi dan bermukim di tenda pengungsian tidak kurang dari 20.257 keluarga atau sekitar 164.626 jiwa. Bila pemerintah hingga Desember 2018 berakhir bisa menyiapkan 697 unit dikalikan dengan 12 bilik, itu hanya bisa menampung 8.364 keluarga.
Editor : Dhefi Nugroho