Solo – Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas 1A Kota Solo akan berubah menjadi pabrik garmen. Dalam operasional pabrik, akan melibatkan sebanyak 50 warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang telah memenuhi standar kerja.
“Mereka, nantinya akan digaji sesuai dengan standart yang berlaku,” terang Karutan Kelas IA Kota Solo, Urip Dharma Yoga kepada wartawan, Rabu (7/7).
Dikatakan, sejak tanggal 22 Juni lalu, WBP yang memenuhi standart digembleng atau dilatih oleh para tenaga ahli dari Balai Diklat Indonesia (BDI) Yogyakarta untuk menjahit baju hingga siap pakai. Persiapan ini untuk mewujudkan kerja sama antara rutan dengan Perusahaan Garmen, PT Amura Pratama dalam memproduksi garmen yang rencana akan dimulai dalam waktu dekat.
Upaya untuk memberdayakan bagi WBP sebagai pekerja pabrik garmen tersebut mendapat sambutan positif dari berbagai pihak.
Dukungan mengalir diantaranya dari mantan Sekjen Kemenkumham yang kini jadi Ketua Dewan Pembina Yayasan Peduli Pemasyarakatan Indonesia (YPPI), Hasanuddin Massaile maupun Mantan Ketua PSSI yang kini jadi Ketua DPD RI, AA La Nyalla Mattalitti. Dalam pernyataaanya, Hasanudin Massaile menyampaikan ucapan selamat dan sukses atas pendirian industri garmen di Rutan Solo.
“Konsep kepentingan pembinaan narapidana dengan kepentingan industri amat sangat bermanfaat. Selain itu menguntungkan bagi narapidana, keluarganya, perusahaan, dan otoritas lapas,” jelasnya.
Adapun Ketua DPD RI, AA La Nyalla Mattalitti meyakini, kerjasama antara Rutan Solo, perusahaan garmen, PT Amura Pratama dan Balai Diklat Indonesia akan membawa manfaat bagi narapidana.
“Dengan program ini para narapidana akan memiliki kemandirian saat mereka bebas nanti. Kegiatan tersebut juga akan membantu pemulihan ekonomi kerakyatan di tengah pandemi Covid-19,” katanya.
Editor : Wahyu Wibowo