Sragen – Angka kematian ibu dan bayi (AKI/AKB) menjadi salah satu evaluasi kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen pada akhir tahun 2018. Meningkatnya kasus kematian ibu dan bayi menjadi pekerjaan rumah dinas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di semua fasilitas kesehatan (Faskes).
“Itu jadi bahan evaluasi kita untuk menekankan dari faskes satu, Puskesmas, klinik, bidan dsn rumah sakit untuk bisa meminimalisir kasus angka kematian ibu dan bayi,” kata Kepala DKK Sragen, dr Hargiyanto.
Ditemui Timlo.net usai acara Evaluasi Kinerja Program Kegiatan DKK Tahun 2018 di kantor dinas setempat baru-baru ini Hargiyanto mengakui, jumlah AKI/AKB memanb terus meningkat. Pada tahun 2017 terjadi 11 kasus AKI/AKB, sedang sampai bulan Desember tahun ini sudah terjadi 15 kasus.
Kinerja lain yang perlu mendapat perhatian adalah demam berdarah (DB). Kasus ini bisa dibilang naik turun dari tahun ke tahun. Kalau pada 2016 lalu terjadi 850 kasus, kemudian turun menjadi 140 kasus.
“Sekarang sudah naik jadi 230 kasus. Berarti kita harus meningkatkan peran kita untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kita harus tekankan itu,” terangnya.
Selain itu pihaknya juga mewaspadai penyebaran penyakit TBSC atau tuberculosis yang tidak bisa dipandang remeh. Walau tidak menyebut angkam namun Hargiyanto menyampaikan banyak menemukan indikasi penyebaran TBC di Bumi Sukowati.
“Penyakit TBC juga jadi perhatian lantaran banyaknya temuan, kalau dulu hanya yang hasil laboratoriumnya positif yang dilaporkan, tetapi sekarang semua temuan harus dilaporkan,” katanya.
Namun demikian dalam evaluasi kinerja tahun ini terdapat capaian target, yaitu sebanyak 25 Puskesmas yang tersebar di 20 kecamatan Kabupaten Sragen, semuanya sudah terakreditasi menjadi Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD).
Sebelumnya, Sekretaris Daerah (Sekda) Sragen, Tatag Prabawanto menyoroti kasus AKI/AKB yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dia meminta agar DKK lebih memberi perhatian tergadap pelayanan di Puskesmas dan pos-pos pelayanan lainnya.
“Apa itu karena kurangnya perhatian dari DKK atau warga yang memang malas untuk memeriksakan kesehatan dirinya. Saya minta agar Posyandu bisa lebih dioptimalkan lagi,” tandasnya.
Editor : Dhefi Nugroho