Timlo.net — Salah satu fokus pengelolaan zakat oleh BAZNAS Jawa Tengah tahun 2019 bakal dimanfaatkan untuk pembangunan sumber daya manusia, salah satunya dengan mendirikan bank dan sekolah. Untuk memperkuat hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bakal melahirkan regulasi pengelolaan zakat untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jateng.
Ketua BAZNAS Jawa Tengah KH Akhmad Daroji menyampaikan, zakat yang dikelola pihaknya tahun 2018 mencapai Rp 31,7 miliar yang diperuntukkan dari penguatan pendidikan, pengentasan kemiskinan sampai penanggulangan kebencanaan. Untuk tahun 2019 BAZNAS bakal mendukung program pemerintah Jawa Tengah yang fokus pembangunan sumber daya manusia.
“Insyaallah kami akan mendirikan SMK industri dan perdagangan. Mencetak calon pengusaha harapannya mampu menjadi salah satu pintu membangkitkan perekonomian di Jawa Tengah,” katanya dalam Rakor BAZNAS Provinsi Jawa Tengah yang diikuti Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), BUMN/BUMD, Ketua BAZNAS kabupaten/kota se Jateng, Rabu (26/12), di Wisma Perdamaian, Semarang.
Selain mendirikan sekolah kejuruan, BAZNAS Jateng juga bakal melahirkan bank dengan skema peminjaman tanpa bunga bagi usaha kecil dan menengah yakni BAZNAS microfinance. Diharapkan antara berdirinya sekolah kejuruan kewirausahaan dengan bantuan permodalan bisa berjalan beriringan.
“Bagi pengusaha kecil yang pengin pinjaman bisa pinjam di BAZNAS tanpa bunga,” katanya.
Mengetahui hal tersebut, Gubernur Ganjar Pranowo bersyukur dana zakat di Jawa Tengah pemanfaatannya untuk hal yang produktif di antaranya membangun sekolah, sertifikasi guru Madin, rumahsakit dan penanggulangan kemiskinan. Karena program utamanya dalam pembangunan sumber daya manusia terbaca semua pihak, dari pendidikan hingga pertumbuhan perekonomian.
“Zakat ini bisa untuk menggenapi anggaran yang tidak terkaver APBD. Kalau kita siapkan sistemnya permodalannya diambil di sini dengan pola syariah, kita bisa memberdayakan masyarakat. Tinggal kita melatih saja, mereka usaha apa, akses permodalannya dibuatkan dari microfinance dari BAZNAS ini, sehingga mereka bisa mandiri,” katanya.
Kepada ASN yang duduk di hadapannya, Ganjar menanting atau menanyakan kesanggupannya untuk membayar zakat dengan sistem pemotongan langsung dari gaji. Kalau setuju, lanjut Ganjar, mari kita siapkan sistem yang lebih modern atau digitalisasi kemudian disiapkan regulasinya. Selain inovasi managemen agar lebih modern yakni auto potong pendapatan, Ganjar berpesan kepada bupati walikota yang belum membetuk BAZNAS untuk segera dibentuk kalau perlu dia akan mengirim “surat cinta” melalui Kesra.
“Kita bisa menginjak regulasi yang lebih modern. Setuju tidak, dari seluruh pendapatan dizakati? Disekseni Romo kiai, disekseni malaikat kan Gusti Allah. Izin Pak Kiai (KH Akhmad Daroji) bantu kami untuk menyusun regulasinya,” kata Ganjar.
Sementara itu Wakil Ketua BAZNAS Pusat Zainulbahar Noor sangat bangga dengan sistem yang diterapkan dalam pengelolaan zakat di Jawa Tengah. Bahkan menurutnya Jawa Tengah patut dijadikan role model pengumpulan dan pengelolaan zakat.
“Perkembangannya sangat luar biasa. Saya yakin Jawa Tengah bisa jadi role model nasional. Saat ini kami di pusat terus mendorong agar Presiden mengeluarkan peraturan pembayaran zakat bagi seluruh aparatur sipil negara,” katanya. (*)
Editor : Marhaendra Wijanarko