Solo – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo mencatat sebanyak 15 kelurahan di Solo masuk kategori rawan banjir. Dari jumlah tersebut paling banyak kelurahan rawan banjir ada di Kecamatan Pasar Kliwon.
“Masyarakat harus mewaspadai munculnya bencana alam pada awal tahun ini. Bencana alam yang diwaspadai adalah bencana banjir dan tanah longsor mengingat saat ini sedang terjadi cuaca ekstrem,” ujar Kepala Pelaksana Harian BPBD Solo Nico Agus Putranto, Rabu (7/11).
Ia mengatakan kesiapsiagaan bencana harus dilakukan mulai sekarang. Terlebih saat ini sedang terjadi cuaca ekstrem dan curah hujan sangat tinggi.
“Potensi kebencanaan di Solo masih dalam kategori rendah. BMKG juga menyebut wilayah Jawa Tengah dalam kategori cuaca ekstrem,” kata Niko.
Untuk di Solo sendiri, kata dia, bencana alam yang patut diwaspadai adalah bencana banjir Bengawan Solo dan tanah longsor. Selain itu, juga genangan air di dalam kota.
“Potensi bencana terbesar genangan air dan banjir. Karena Solo dilintasi aliran Sungai Bengawan Solo yang kerap terima banjir kiriman dari wilayah hulu sungai,” kata Niko.
Ia menyebut untuk kondisi debit Sungai Bengawan Solo mulai naik akibat curah hujan tinggi di wilayah hulu dan hilir. Untuk kondisi saat ini Sungai Bengawan Solo masih aman.
“Kami mencatat ada 15 kelurahan dari 54 kelurahan di Kota Solo menjadi wilayah rawan banjir pada musim penghujan,” kata dia.
Kelurahan rawan banjir itu, kata dia, berada di sepanjang aliran Bengawan Solo dan anak-anak sungainya. Ke 15 Kelurahan itu meliputi Semanggi, Mojo, dan Kedung Lumbu. Kemudian Serengan, Sangkrah, Jebres, Sewu, Pucangsawit, Gandekan, Joyontakan, Pajang, Banyuanyar, Sumber, Kadipiro, dan Banjarsari.
“Untuk tanah longsor di titik tertentu. Kemarin ada satu rumah di Mojosongo yg longsor karena rumah jejer dengan talud sungai kita evakuasi warganya,” tutup dia.
Editor : Dhefi Nugroho