Solo — Era digitalisasi di masa pandemi Covid-19 semakin memperkuat gerakan revolusi perbankan. Akibat gencarnya digitalisasi itu berdampak pada berkurangnya pelayanan offline di perbankan.
“Hampir seluruh aktivitas perbankan tidak lagi dilakukan di kantor cabang. Terhitung 95 persen transaksi bergeser ke penggunaan aplikasi mobile banking,” ujar Area Head Bank Mandiri Solo, Ony Suryono Widodo, Sabtu (4/12).
Dikatakannya, pelayanan di kantor cabang saat ini tersisa 5 persen. Hal ini wajar karena nasabah mulai merasakan serba pelayanan mudah dengan mobile banking.
“Pelayanan offline di kantor cabang hanya berupa kebutuhan informasi soal financial planning,” lanjutnya.
Meskipun demikian, ia memastikan tidak akan menutup kantor cabang dan memangkas karyawan. Ia mengatakan saat ini banyak user baru yang tumbuh atau nasabah bank baru yang butuh pelayanan di kantor cabang.
“Jadi kantor cabang masih tetap ramai, meskipun sudah ada mobile banking,” katanya.
Menurutnya, digitalisasi layanan perbankan ini justru meningkatkan kinerja bank. Terbukti, hingga Oktober 2021, Bank Mandiri Area Solo yang membawahi wilayah Solo dan sekitarnya berhasil mengoptimalkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).
Totalnya senilai Rp 8,13 Triliun atau tumbuh sebesar 9,3 persen year on year. Dengan rasio CASA terhadap DPK sebesar 81,3 persen. Dari sisi kredit retail, tembus senilai Rp 3,36 Triliun atau tumbuh sebesar 15,6 persen year on year.
“Kami juga berkontribusi dalam program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional). Mendukung UMKM melalui pemberian kredit yang mencapai Rp 2,52 Triliun atau tumbuh sebesar 15,2 persen,” tandasnya.
Editor : Wahyu Wibowo