Solo — SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta meningkatkan kompetensi tenaga pengajar dengan Pembelajaran Berbasis Hots melalui workshop, di sekolah setempat. Kegiatan tersebut dalam rangka Menghadapi Era Revolusi 4.0.
“Terdapat 28 guru dan karyawan yang ikut dalam kegiatan workshop dalam dua hari ini,” jelas Aryanto selaku Humas SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta kepada wartawan, di sekolah setempat, Solo, Senin (31/12).
Menurut Aryanto, terdapat dua materi workshop, yaitu Ketua Majlis Dikdasmen PDM Kota Surakarta Drs H Tridjono. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan ice breaking dalam mengajar. Pada kedua, para guru meningkatkan kompetensinya tentang pembelajaran Hots (High Order Thinking Skill) bersama pembicara Prof Dr rer nat Sajidan MSi, pakar pendidikan UNS Solo.
Dalam kesempatan tersebut, oleh Prof Sajidan, para guru diajak untuk mengonsep pembelajaran abad 21 karena generasi sekarang ini sudah generasi milenial. “Pembelajaran kita jangan pembelajaran abad 20. Generasi usia ini adalah generasi milenial. Mereka dituntut untuk lebih high thinking skill. Anak-anak mari kita ajak untuk menganalisis bacaan atau materi,” ujarnya.
Kenapa perlu pembelajaran abad 21, lanjutnya, karena keterampilan abad 21 di Indonesia masih jauh dari harapan.
“Maka di sini saya ingin menyampaikan tentang pemberdayaan. Pemberdayaan itu menggali potensi dan mengembangkannya. Anak-anak kita lahir sudah memiliki potensi Hots dari orang tua secara genetika. Dengan pembelajaran abad 21 yang indikatornya adalah 4 C (Creative, Critical Thinking, Comunicator, Colaborative), Literasi, PPK (Program Pengembangan Karakter), dan Hots yang dikemas dengan model serta pendekatan saintifik maka kita bisa melahirkan generasi milenial yang bisa jadi pemimpin ataupun pengusaha. Kalau generasi muda tidak Hots maka bukan menjadi potensi pembangunan tetapi penghambat atau bahkan penonton di bangsa sendi,” jelasnya.