Timlo.net – BPPTKG Yogyakarta mencatat ada peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Senin (13/12) teramati ada 17 kali guguran lava pijar, dengan jarak luncur maksimal 2.000 m ke arah barat daya, enam kali hembusan. Meski demikian, peningkatan aktivitas ini tidak berkaitan dengan erupsi Gunung Semeru.
Dilansir dari laman suara.com, petugas Pengamat Pos Pengamatan Gunung Merapi Kaliurang Suraji mengungkap, aktivitas vulkanik gunung Merapi hingga kini masih cukup tinggi. Kubah lava bagian barat daya gunung ini juga terpantau terus mengalami pertumbuhan, meski tidak signifikan.
Kondisi itu berbeda dibanding tahun 2010 lalu. Saat itu, pertumbuhan kubah lava setiap hari bisa mencapai 20.000 meter kubik dan sanggup melontarkan material 200 juta meter kubik.
“Meskipun lambat tapi kita tidak tahu, karena statusnya kan masih Siaga level 3. Kami tetap memberi informasi kepada masyarakat kalau nanti ada peningkatan,” kata dia, Selasa (14/12).
Awan panas yang sering meluncur, mengurangi penumpukan material di atas gunung. Namun dipastikan, semenjak Semeru mengalami erupsi, aktivitas Merapi masih tergolong fluktuatif.
“Karena Semeru dan Merapi itu tidak ada hubungan. Seumpama rumah, ada dapur magma sendiri-sendiri. Kalaupun ada hubungannya, itu (kaitannya) sesar aktif, termasuk gempa di Jogja sampai sepanjang ke Jawa Timur,” terangnya.
“Kalau sesuai ilmunya, itu kekuasaan Tuhan, kita tidak tahu. Tapi untuk saat ini, untuk status Merapi saja setingkat di atas Semeru. Semeru kan Waspada, tapi kita level III Siaga, sejak 5 Oktober 2021. Level ke-IV kan Awas,” tuturnya.
Suraji menuturkan, kendati pertumbuhan kubah lava belum signifikan, kesiapsiagaan tetap harus dilakukan. Sebab, segala kemungkinan secara tiba-tiba bisa saja terjadi karena gejolak lain. Misalnya, magma yang bisa saja tiba-tiba naik ke permukaan dan menghancurkan kubah di bagian atas.
“Tetapi saat ini, ditinjau dari Elektronics Distance Measurement (EDM), kegempaannya tidak menunjukkan menuju ke arah mengkhawatirkan. Tapi tidak tahu, kalau ada gejolak lain yang memengaruhi,” tambahnya.
Saat ini, pihaknya terus fokus mengamati semua data dari Gunung Merapi. Seperti terjadinya vulkanik dangkal dan vulkanik dalam, guguran, hembusan. Termasuk deformasi atau perubahan bentuk gunung.
“Kubah lava gunung Merapi ada dua, bagian tengah dan barat daya. Kubah bagian tengah tumbuh relatif kecil dan membuka kawah ke Bebeng dan Krasak. Sementara, kubah di bagian barat daya memiliki volume 1,6 juta meter kubik,” imbuh dia.
Sementara itu, 15 orang petugas dari beberapa pos secara bergiliran mengamati deformasi mengunakan metode EDM.
Sumber: suara
Editor : Wahyu Wibowo