Boyolali – Jalanan di sela antara gunung Merapi dan gunung Merbabu, saat melintas Kecamatan Selo, Boyolali tentu akan mendapati makanan khas Selo, yakni jadah dan wajik. Jadah terkenal itu adalah Jadah Mbah Karto.
“Saya sudah membuat dan berjualan jadah ini sejak usia remaja, kurang lebih umur 17 tahun,” ujar Mbah Karto di sela-sela melayani pembeli, di warungnya, di Selo, Boyolali, Selasa (1/1).
Mbah Karto yang mengaku berumur sekitar 85 tahun, mengungkapkan, jadah adalah makanan berbahan dasar beras ketan dan kelapa. Beras ketan dicampur kelapa dibentuk kotak.
Makanan yang dibentuk kotak, biasa dikenal dengan nama Jadah. Jadah ini dimakan bersama kelapa parut dengan bumbu rempah khas atau biasa dikenal dengan nama serondeng.
Biasanya orang, menurut Mbah Karto, sebelum memakan biasanya dibakar di atas tungku arang. Tetapi tidak sedikit yang langsung dimakan. Jadah yang dibakar, mengeluarkan bercak kecoklatan atau sedikit gosong.
“Masyarakat setempat biasa menikmatinya bersama tempe bDalamumbu bacam, atau ayam bumbu kecap sebagai hidangan makan siang,” ujarnya.
Lebih lanjut Mbah Karto mengatakan, untuk mempersiapkan Jadah dagangannya, ia dibantu oleh keponakannya yang telah ikutnya sejak usia remaja, hingga sekarang sudah punya tiga anak.
“Setiap hari saya memperpersiapkan sekitar 50 kilogram beras ketan. Kalau ramai atau hari libur, tentu lebih dari itu,” ujarnya.
Mbah Karto kembali menuturkan, dirinya menjual jadah yang dikemas dalam kotak/box. Satu kotak, dijual Rp. 25.000,-.
“Rata-rata kalau liburan bisa terjual sekitar lima puluh kotak. Per hari. Alhamdulillah bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menyekolahkan keenam anaknya,” ujarnya.
Untuk menemukan Jadah Mbah Karto tidaklah sulit. Setiap melalui jalan Kecamatan Selo, baik dari arah Boyolali menuju Magelang atau sebaliknya, pasti lewat. Tepatnya sebelah barat jembatan Selo.
Editor : Dhefi Nugroho