Solo – Beberapa tokoh, seniman, dan pengamat kota Solo menggelar dialog dan diskusi bersama bertajuk “Refleksi Akhir Tahun : Jejak Sebuah Kota“, di Balai Soedjatmoko, Surakarta 12/12. Dalam diskusi ini, Kabut bertindak sebagai moderator. Sedangkan pembicara antara lain : Arif dari mahasiswa UNS, Kastoyo mantan wartawan, Heri Priatmoko pemerhati media cetak Solo, dan Sadrah Sumiyarso seorang blogger.
Dialog ini memiliki inti pembahasan bahwa bagaimana agar even-even yang digelar di kota Solo selama ini, yang selalu mengemban budaya kota Solo, tidak berhenti begitu saja. Akan tetapi ada keberlanjutan, agar seluruh masyarakat Surakarta ikut merasakan pembangunan Kota Solo khususnya dunia pariwisata.
Seperti yang diungkapkan oleh Arif, mahasiswa UNS ini mengaku sangat menyayangkan pemerintah Kota Surakarta yang seakan hanya sebagai tuan rumah saja, adan terjadi kontradiktif antara pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan para pelaku dunia pariwisata.
Kalimat senada juga dilontarkan oleh seniman Jarot, yang mengatakan bahwa aturan pemerintah yang seolah-olah tidak terbuka dan banyak menimbulkan pertanyaan.
Selain itu, pemerhati isu-isu yang berkembang di kota Solo, Heri Priatmoko menyayangkan sikap walikota Jokowi, yang ngotot ingin kembali menghidupkan bus tingkat untuk angkutan wisata. Namun pernyataan tersebut justru disanggah Heri, yang berujar “Kenapa tidak memakai angkutan tradisonal seperti andong saja”.