Solo – Pada hakekatnya dunia seni memang tidak mengenal batasan-batasan khusus kepada siapapun orang yang menjadi pelaku seni, dan usia atau umur adalah salah satunya. Demi keberadaan dan keberlangsungan sebuah budaya dari seni sangat amat ditentukan oleh generasi penerusnya. Usia dini merupakan pintu gerbang eksistensi sebuah hasil budaya suatu bangsa.
Hal ini telah sesuai seperti apa yang dilaksanakan oleh sanggar tari Semarak Chandra Kirana Surakarta. Sebuah sanggar tari yang hingga kini masih mempertahankan peninggalan budaya bangsa khususnya daerah. Kali ini yang dilakukan sanggar tari ini adalah menggelar penilaian atau ujian praktek tari yang telah diberikan sewaktu di dalam sanggar.
Mereka yang masih terbilang sangat belia, menyuguhkan penampilan bak penari professional. Lekukan, kelincahan, dan kekompakan yang mereka tampilkan membuat orang lain kagum. Mereka mampu menjaga keharmonisan sebuah tari dan ikut menjaga kebudayaan yang telah turun-temurun ini. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Irawati Kusumorasri selaku pengajar di sanggar tari ini, “Kegiatan semacam ini tidak akan pernah habis dan akan terus dilakukan oleh sanggar ini selama tari masih diterima di masyarakat yang memiliki sifat abadi”, ujarnya.
Irawati juga menambahkan, meskipun nantinya kelak anak-anak ini tidak terjun ke dunia seni, tari khusunya, setidaknya telah mencoba dan mengenal budaya Jawa. Hingga saat ini sanggar yang telah berdiri sejak tahun 1998 ini, telah mempunyai 65 siswa dan setiap tahun terus mengalami peningkatan.