Solo – Mempunyai anak yang cerdas ternyata memang menjadi keinginan banyak masyarakat, namun ternyata kecerdasan sendiri jika tidak dikembangkan dengan benar akan mempengaruhi pola pikir pada anak, kecerdasan logika dan kecerdasan kinestetik jika tidak dibarengi dengan pengembangan kecerdasan emosional akan berdampak buruk pada anak di lingkungan sosialnya.
Jika anak memiliki kecerdasan logika, maka si anak akan terlihat mampu berpikir secara induktif dan deduktif, kemampuannya berpikir secara logika akan lebih terfokus pada memahami dan menganalisa pola angka-angka serta memecahkannya dengan menggunakan kemampuan berpikir, ia akan berpikir secara konseptual, anak-anak itu cenderung menyukai aktifitas berhitung dan memiliki kemampuan memecahkan masalah problem matematis.
Berbeda dengan anak yang memiliki kecerdasan kinestetik, anak akan secara aktif menggunakan bagian dari tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan suatu masalah, hal ini dapat kita jumpai pada anak-anak yang unggul pada salah satu cabang olahraga, atau terlihat pada anak-anak yang pandai menari.
Namun kecerdasan diatas tak akan mempunyai arti jika anak tidak dilatih mengembangkan sisi kecerdasan emosionalnya, karena justru kecerdasan emosional ini akan lebih berpengaruh pada anak saat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, betapa banyak kita jumpai anak-anak, dimana mereka disekolah begitu cerdas dan cemerlang prestasi akademiknya, namun bila tidak dapat mengembangkan dan mengelola kecerdasan emosional anak akan cenderung mudah marah, mudah putus asa, angkuh, sombong, maka prestasi itu tentunya tidak akan bermanfaat untuk dirinya.
Ternyata kecerdasan emosional lebih dihargai dan dikembangkan pada diri anak, dan hal ini yang kadang terlupakan khusunya oleh orang tua, karena hal inilah yang mendasari ketrampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat dikembangkan secara lebih optimal.
(Diolah dari beberapa sumber)
Rony/Timlo.net